Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

90 Persen Target Nol Emisi Negara Berpolusi Tinggi Mustahil Tercapai, Indonesia Termasuk

Kompas.com - 26/06/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Target nol emisi dan Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) sejumlah negara dalam Kesepakatan Paris mustahil tercapai.

Dalam artikel ilmiah berjudul Credibility Gap in Net-Zero Climate Targets Leaves World at High Risk yang diterbitkan di jurnal Science pada Juni 2023, 90 persen target nol emisi dari beberapa negara berpolusi tinggi mustahil tercapai.

Negara-negara berpolusi tinggi yang dinilai tidak mungkin tercapai targetnya tersebut seperti India, Australia, Brasil, Indonesia, Iran, Israel, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Baca juga: Pengurangan Emisi Karbon Jadi Bagian Penghargaan Thomas Alva Edison

Artikel tersebut menilai target nol emisi yang ditetapkan oleh 35 negara penghasil polusi atau emisi gas rumah kaca (GRK) tertinggi di dunia.

Ke-35 negara yang dinilai dalam artikel tersebut menyumbang 82 persen dari total emisi GRK global pada 2019.

Dari ke-35 negara dinilai, hanya Selandia Baru, Inggris, dan Uni Eropa yang dipercaya dapat mencapai targetnya.

Uni Eropa dinilai telah melangkah jauh untuk membuat kebijakan lebih ambisius dalam mengekang emisi GRK, sebagaimana dilansir Earth.org.

Baca juga: PLTU Batu Bara Didesak Dipensiunkan, Kejar Target Penurunan Emisi

Pada April, anggota Parlemen Eropa mendukung undang-undang penting yang membentuk postur kebijakan iklim Uni Eropa.

Kebijakan tersebut termasuk reformasi pasar karbon, perluasan skema perdagangan emisi, dan dana Iklim Sosial baru untuk mendukung pihak-pihak yang rentan selama transisi energi.

Meskipun ada beberapa kemajuan yang menggembirakan di sektor energi, jalan menuju emisi nol, terutama di sektor pertanian dan industri, masih panjang.

Laporan terbaru oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) memperingatkan bahwa emisi GRK harus mencapai puncaknya pada 2025 agar suhu bumi tidak naki lebih dari 1,5 derajat celsius seuai Kesepakatan Paris.

Baca juga: 15 Aksi Mitigasi Indonesia dalam Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Bulan lalu, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memprediksi suhu Bumi bakal lebih sering melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius dalam lima tahun ke depan.

Melonjaknya suhu bumi melampaui 1,5 derajat celsius dipicu oleh tingginya emisi GRK yang memerangkap panas dan peristiwa El Nino yang terjadi secara alami.

WMO menyebutkan bahwa ada kemungkinan 66 persen bahwa rata-rata suhu global dalam satu tahun antara 2023 hingga 2027 akan lebih dari 1,5 derajat celsius.

Selain itu ada kemungkinan 98 persen persen bahwa setidaknya satu tahun dari lima tahun ke depan akan menjadi tahun terpanas.

Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan, laporan dari lembaganya tersebut bukan berarti bumi akan mengalami kenaikan suhu 1,5 derajat celsius secara permanen.

Baca juga: Emisi Karbon Sektor Energi Baru Terpangkas 95 Juta Ton

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelombang Panas dan Kekeringan Sebabkan Kerugian Miliaran Dollar AS dalam Setahun

Gelombang Panas dan Kekeringan Sebabkan Kerugian Miliaran Dollar AS dalam Setahun

Pemerintah
Nusa Penida Menuju Pulau 100 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Nusa Penida Menuju Pulau 100 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Swasta
Pembangunan Berkelanjutan Harus Menyentuh Desa Terdepan Indonesia

Pembangunan Berkelanjutan Harus Menyentuh Desa Terdepan Indonesia

LSM/Figur
Jadi Penyumbang Emisi GRK Besar, Penerbangan Bakal Diatur Lebih Ketat

Jadi Penyumbang Emisi GRK Besar, Penerbangan Bakal Diatur Lebih Ketat

Pemerintah
Skema 'Power Wheeling' Dinilai Naikkan Tarif Dasar Listrik

Skema "Power Wheeling" Dinilai Naikkan Tarif Dasar Listrik

LSM/Figur
Belahan Bumi Utara Alami Musim Panas Terpanas Sepanjang Sejarah

Belahan Bumi Utara Alami Musim Panas Terpanas Sepanjang Sejarah

LSM/Figur
Perubahan Iklim Sebabkan 400 Juta Siswa Terdampak Penutupan Sekolah

Perubahan Iklim Sebabkan 400 Juta Siswa Terdampak Penutupan Sekolah

Pemerintah
RPP Kebijakan Energi Nasional Disepakati Menteri ESDM dan DPR RI, Tunggu Pengesahan

RPP Kebijakan Energi Nasional Disepakati Menteri ESDM dan DPR RI, Tunggu Pengesahan

Pemerintah
Pemerintah Atur Cadangan Penyangga Energi, Dipakai saat Krisis dan Darurat

Pemerintah Atur Cadangan Penyangga Energi, Dipakai saat Krisis dan Darurat

Pemerintah
Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Pemerintah
Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Pemerintah
Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

LSM/Figur
Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Pemerintah
Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Pemerintah
RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau