KOMPAS.com - Target nol emisi dan Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) sejumlah negara dalam Kesepakatan Paris mustahil tercapai.
Dalam artikel ilmiah berjudul Credibility Gap in Net-Zero Climate Targets Leaves World at High Risk yang diterbitkan di jurnal Science pada Juni 2023, 90 persen target nol emisi dari beberapa negara berpolusi tinggi mustahil tercapai.
Negara-negara berpolusi tinggi yang dinilai tidak mungkin tercapai targetnya tersebut seperti India, Australia, Brasil, Indonesia, Iran, Israel, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Baca juga: Pengurangan Emisi Karbon Jadi Bagian Penghargaan Thomas Alva Edison
Artikel tersebut menilai target nol emisi yang ditetapkan oleh 35 negara penghasil polusi atau emisi gas rumah kaca (GRK) tertinggi di dunia.
Ke-35 negara yang dinilai dalam artikel tersebut menyumbang 82 persen dari total emisi GRK global pada 2019.
Dari ke-35 negara dinilai, hanya Selandia Baru, Inggris, dan Uni Eropa yang dipercaya dapat mencapai targetnya.
Uni Eropa dinilai telah melangkah jauh untuk membuat kebijakan lebih ambisius dalam mengekang emisi GRK, sebagaimana dilansir Earth.org.
Baca juga: PLTU Batu Bara Didesak Dipensiunkan, Kejar Target Penurunan Emisi
Pada April, anggota Parlemen Eropa mendukung undang-undang penting yang membentuk postur kebijakan iklim Uni Eropa.
Kebijakan tersebut termasuk reformasi pasar karbon, perluasan skema perdagangan emisi, dan dana Iklim Sosial baru untuk mendukung pihak-pihak yang rentan selama transisi energi.
Meskipun ada beberapa kemajuan yang menggembirakan di sektor energi, jalan menuju emisi nol, terutama di sektor pertanian dan industri, masih panjang.
Laporan terbaru oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) memperingatkan bahwa emisi GRK harus mencapai puncaknya pada 2025 agar suhu bumi tidak naki lebih dari 1,5 derajat celsius seuai Kesepakatan Paris.
Baca juga: 15 Aksi Mitigasi Indonesia dalam Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Bulan lalu, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memprediksi suhu Bumi bakal lebih sering melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius dalam lima tahun ke depan.
Melonjaknya suhu bumi melampaui 1,5 derajat celsius dipicu oleh tingginya emisi GRK yang memerangkap panas dan peristiwa El Nino yang terjadi secara alami.
WMO menyebutkan bahwa ada kemungkinan 66 persen bahwa rata-rata suhu global dalam satu tahun antara 2023 hingga 2027 akan lebih dari 1,5 derajat celsius.
Selain itu ada kemungkinan 98 persen persen bahwa setidaknya satu tahun dari lima tahun ke depan akan menjadi tahun terpanas.
Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan, laporan dari lembaganya tersebut bukan berarti bumi akan mengalami kenaikan suhu 1,5 derajat celsius secara permanen.
Baca juga: Emisi Karbon Sektor Energi Baru Terpangkas 95 Juta Ton
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya