BATAM, KOMPAS.com - Penyiaran di daerah perbatasan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga ketahanan Nasional.
Kehadiran siaran lokal maupun nasional di daerah perbatasan dapat mendorong rasa nasionalisme masyarakat setempat dan cinta terhadap negara.
Namun sayang, di Kepulauan Riau (Kepri), masih banyak pulau terdepan yang belum bisa menangkap siaran Nasional tersebut.
Komisioner Komisi Penyisaran Indonesia Daerah (KPID) Kepri Tito Suwandy mengatakan, masalah keterbatasan penyiaran di Kepri tidak saja terjadi di Pulau Natuna dan Anambas yang berada di perbatasan, akan tetapi beberapa pulau terdepan yang berada di Batam juga masih ada yang belum menangkap siaran Indonesia.
Baca juga: Satelit Satria-1 Sukses Meluncur, Buka Isolasi Komunikasi Daerah 3T di Kepri
“Jadi tidak saja Natuna dan Anambas, Batam yang sudah maju saja, masih ada beberapa pulaunya yang warganya tidak bisa menonton siaran Nasional, jadi sehari-hari hanya siaran Singapura dan Malaysia saja yang bisa ditontong dari layar TV mereka,” tegas Tito, Minggu (16/7/2023).
Contohnya, Pulau Kasu yang masih kesulitan mendapatkan siaran Indonesia. Ini menjadi tantangan karena ketiadaan siaran Nasional dapat menggerus rasa nasionalisme mereka.
Hal senada juga diungkapkan Komisoner Penyiaran Indonesia (KPI) Mimah Susanti yang mengatakan, daerah perbatasan seharusnya menjadi perhatian pemerintah pusat terkait keterjangkauan siaran.
“Kami berharap dari Rapat Koordinasi Nasional KPI dapat menghasilkan gagasan dan kebijakan baru untuk menjamin daerah perbatasan mendapatkan penyiaran Nasional,” tegas Mimah.
Setidaknya ada tiga nilai strategis dari kehadiran penyiaran digital di daerah perbatasan negara, yaitu pertama, dari perspektif keamanan dan kedaulatan negara.
Kedua, pengukuhan nilai-nilai dan wawasan kebangsaan, dan ketiga, peningkatan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Baca juga: Eksploitasi Berkedok Investasi di Pulau Kecil Kepri Harus Dihentikan
“Kami berharap pemerintah pusat dapat melihat langsung situasi penyiaran di perbatasan Kepri. Kami ingin membangun citra yang positif untuk penyiaran ke depan,” terang Mimah.
Sementara itu, Kadis Kominfo Kepri Hasan mengatakan, salah satu alasan utama pemerintah Indonesia mempercepat implementasi sistem penyiaran Analog Switch Off (ASO) yang diganti dengan televisi digital adalah untuk daerah-daerah seperti perbatasan, terdepan, terpencil, dan tertinggal.
Tujuannya adalah agar masyarakat yang tinggal di perbatasan mudah mengakses siaran domestik sehingga ketahanan nasional di wilayah tersebut dapat terjaga.
“Dengan kehadiran televisi digital, diharapkan arus informasi dari sumber-sumber kredibel dapat diverifikasi, dan informasi layanan pemerintah dapat tersampaikan dengan baik, dengan menjaga keseimbangan arus informasi dari berbagai media,” papar Hasan.
Hasan juga menekankan, penyiaran di daerah perbatasan memiliki peran strategis yang harus ditangani dengan serius dan secara holistik, guna menciptakan keamanan di wilayah perbatasan negara.
Siaran televisi merupakan sarana informasi, khususnya bagi publik untuk memahami segala informasi yang ada. Keberadaan KPI menjadi leading sector-nya.
"Inovasi dari KPI dapat memberikan suasana penyiaran yang menyeluruh dan mudah dijangkau,” pungkas Hasan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya