Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Banyak Pulau Terluar Kepri yang Belum Menangkap Siaran Televisi Nasional

Kompas.com - 16/07/2023, 20:06 WIB
Hadi Maulana,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Penyiaran di daerah perbatasan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga ketahanan Nasional.

Kehadiran siaran lokal maupun nasional di daerah perbatasan dapat mendorong rasa nasionalisme masyarakat setempat dan cinta terhadap negara.

Namun sayang, di Kepulauan Riau (Kepri), masih banyak pulau terdepan yang belum bisa menangkap siaran Nasional tersebut.

Komisioner Komisi Penyisaran Indonesia Daerah (KPID) Kepri Tito Suwandy mengatakan, masalah keterbatasan penyiaran di Kepri tidak saja terjadi di Pulau Natuna dan Anambas yang berada di perbatasan, akan tetapi beberapa pulau terdepan yang berada di Batam juga masih ada yang belum menangkap siaran Indonesia.

Baca juga: Satelit Satria-1 Sukses Meluncur, Buka Isolasi Komunikasi Daerah 3T di Kepri

“Jadi tidak saja Natuna dan Anambas, Batam yang sudah maju saja, masih ada beberapa pulaunya yang warganya tidak bisa menonton siaran Nasional, jadi sehari-hari hanya siaran Singapura dan Malaysia saja yang bisa ditontong dari layar TV mereka,” tegas Tito, Minggu (16/7/2023).

Contohnya, Pulau Kasu yang masih kesulitan mendapatkan siaran Indonesia. Ini menjadi tantangan karena ketiadaan siaran Nasional dapat menggerus rasa nasionalisme mereka. 

Hal senada juga diungkapkan Komisoner Penyiaran Indonesia (KPI) Mimah Susanti yang mengatakan, daerah perbatasan seharusnya menjadi perhatian pemerintah pusat terkait keterjangkauan siaran.

“Kami berharap dari Rapat Koordinasi Nasional KPI dapat menghasilkan gagasan dan kebijakan baru untuk menjamin daerah perbatasan mendapatkan penyiaran Nasional,” tegas Mimah.

Setidaknya ada tiga nilai strategis dari kehadiran penyiaran digital di daerah perbatasan negara, yaitu pertama, dari perspektif keamanan dan kedaulatan negara.

Kedua, pengukuhan nilai-nilai dan wawasan kebangsaan, dan ketiga, peningkatan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Baca juga: Eksploitasi Berkedok Investasi di Pulau Kecil Kepri Harus Dihentikan

“Kami berharap pemerintah pusat dapat melihat langsung situasi penyiaran di perbatasan Kepri. Kami ingin membangun citra yang positif untuk penyiaran ke depan,” terang Mimah.

Sementara itu, Kadis Kominfo Kepri Hasan mengatakan, salah satu alasan utama pemerintah Indonesia mempercepat implementasi sistem penyiaran Analog Switch Off (ASO) yang diganti dengan televisi digital adalah untuk daerah-daerah seperti perbatasan, terdepan, terpencil, dan tertinggal.

Tujuannya adalah agar masyarakat yang tinggal di perbatasan mudah mengakses siaran domestik sehingga ketahanan nasional di wilayah tersebut dapat terjaga.

“Dengan kehadiran televisi digital, diharapkan arus informasi dari sumber-sumber kredibel dapat diverifikasi, dan informasi layanan pemerintah dapat tersampaikan dengan baik, dengan menjaga keseimbangan arus informasi dari berbagai media,” papar Hasan.

Hasan juga menekankan, penyiaran di daerah perbatasan memiliki peran strategis yang harus ditangani dengan serius dan secara holistik, guna menciptakan keamanan di wilayah perbatasan negara.

Siaran televisi merupakan sarana informasi, khususnya bagi publik untuk memahami segala informasi yang ada. Keberadaan KPI menjadi leading sector-nya.

"Inovasi dari KPI dapat memberikan suasana penyiaran yang menyeluruh dan mudah dijangkau,” pungkas Hasan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Rentokil Initial Indonesia dan IPB Berkolaborasi, Cetak Generasi Siap Bersaing

Rentokil Initial Indonesia dan IPB Berkolaborasi, Cetak Generasi Siap Bersaing

Swasta
Pengetahuan Masyarakat Adat Perlu Diarusutamakan untuk Restorasi Lahan

Pengetahuan Masyarakat Adat Perlu Diarusutamakan untuk Restorasi Lahan

LSM/Figur
HUT Ke-18 Paramount Enterprise, Rangkul Komunitas untuk Masa Depan Berkelanjutan

HUT Ke-18 Paramount Enterprise, Rangkul Komunitas untuk Masa Depan Berkelanjutan

Swasta
COP16 Riyadh: Masyarakat Adat Desak Pengakuan hingga Pembiayaan Langsung

COP16 Riyadh: Masyarakat Adat Desak Pengakuan hingga Pembiayaan Langsung

LSM/Figur
Menteri Lingkungan Hidup Berencana Rehabilitasi 600.000 Hektar Habitat Mangrove

Menteri Lingkungan Hidup Berencana Rehabilitasi 600.000 Hektar Habitat Mangrove

Pemerintah
Aktivitas Manusia Harus Berkelanjutan untuk Lawan Degradasi Lahan

Aktivitas Manusia Harus Berkelanjutan untuk Lawan Degradasi Lahan

LSM/Figur
Perubahan Iklim Ancam Pasokan Pangan Global

Perubahan Iklim Ancam Pasokan Pangan Global

LSM/Figur
China Bikin Pembangkit Listrik Tenaga Surya Lepas Pantai Terbesar di Dunia

China Bikin Pembangkit Listrik Tenaga Surya Lepas Pantai Terbesar di Dunia

Pemerintah
Tunda Atasi Perubahan Iklim Butuh Biaya 4 Kali Lebih Banyak

Tunda Atasi Perubahan Iklim Butuh Biaya 4 Kali Lebih Banyak

Pemerintah
Para Pemuda Gaungkan Pertanian Berkelanjutan dalam COP16 Riyadh

Para Pemuda Gaungkan Pertanian Berkelanjutan dalam COP16 Riyadh

LSM/Figur
Pemerintah Upayakan Cegah Kepunahan Kura-kura Leher Ular Rote

Pemerintah Upayakan Cegah Kepunahan Kura-kura Leher Ular Rote

Pemerintah
Mengengok Upaya Pemimpin Daerah Melawan Degradasi Lahan dan Penggurunan

Mengengok Upaya Pemimpin Daerah Melawan Degradasi Lahan dan Penggurunan

Pemerintah
Peneliti dari Ocean Gardener Temukan Koloni Karang Raksasa di Nusa Penida

Peneliti dari Ocean Gardener Temukan Koloni Karang Raksasa di Nusa Penida

LSM/Figur
WWF Indonesia Bikin Kampanye untuk Ajak Masyarakat Jaga Warisan Alam Tanah Air

WWF Indonesia Bikin Kampanye untuk Ajak Masyarakat Jaga Warisan Alam Tanah Air

LSM/Figur
Komisi UE Investasikan 4,6 Miliar Euro untuk Proyek Teknologi Bersih

Komisi UE Investasikan 4,6 Miliar Euro untuk Proyek Teknologi Bersih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau