KOMPAS.com - Perusahaan multinasional asal Amerika Serikat (AS), Honeywell International Inc, menghadirkan teknologi penangkapan karbon atau carbon capture, utilization and storage (CCUS) guna mendukung operasional industri beremisi tinggi di Tanah Air.
Untuk diketahui, CCUS merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global yang bekerja dengan cara mengurangi emisi karbondioksida (CO2) ke atmosfer.
Adapun Indonesia tercatat sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang peraturan untuk mendorong penangkapan, penyimpanan, serta pemanfaatan karbon dioksida pada kegiatan usaha. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 2 Tahun 2023.
Teknologi serta solusi CCUS yang dihadirkan Honeywell, termasuk manajemen emisi dari hulu hingga hilir bagi industri-industri beremisi tinggi, seperti minyak dan gas, energi, baja, semen, kilang, bahan kimia, dan petrokimia.
Dengan teknologi tersebut, pelaku industri dapat mendeteksi, mengukur, memantau, serta memitigasi lebih dari 20 gas rumah kaca.
Saat ini, perusahaan-perusahaan mancanegara yang menggunakan teknologi CCUS Honeywell sanggup menangkap 40 juta ton CO2 per tahun, atau setara dengan emisi lebih dari 8,6 juta mobil.
Presiden Honeywell Asia Tenggara dan Chief Commercial Officer High Growth Regions Steven Lien mengatakan, teknologi Honeywell dapat menangkap emisi karbon dioksida, mulai dari proses industri hingga menyimpannya di bawah tanah.
“Emisi karbon dioksida tersebut dapat digunakan untuk beragam aplikasi, seperti pengambilan minyak bumi atau menjadi bahan baku untuk produksi bahan bakar sintetis berkelanjutan,” ujar Steven dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (25/7/2023).
Steven menambahkan, penangkapan karbon sebelum atau sesudah proses pembakaran industri dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca.
“Dengan begitu, teknologi CCUS dapat mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon,” kata Steven.
Baca juga: Dukung Target NZE 2060, PGN Saka Terapkan Dekarbonisasi dalam Operasional Lifting Migas
Steven memaparkan sejumlah teknologi dan solusi CCUS dari Honeywell. Pertama, pelarut kimia, seperti AmineGuard Process, AmineGuard FS Process, dan Benfield ACT-1.
Teknologi tersebut menggunakan beragam pelarut monoethanolamine yang mampu menangkap CO2.
“Kedua, pelarut Selexol Process. Teknologi ini menangkap CO2 dengan menggunakan material penyerap (adsorbent),” terang Steven
Ketiga, imbuh Steven, proses Kriogenik dan penggunaan membrane, seperti sistem Separex dan Fraksinasi CO2 Ortloff.
“Teknologi Kriogenik menangkap CO2 dengan mendinginkan dan mengeringkan gas buangan di corong industri, sedangkan teknologi membran menangkap CO2 dengan cara pelarutan dan pembauran melalui filter pemisah yang solid,” paparnya.
Pada kesempatan sama, Staf Ahli Ketua Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Luky Yusgiantoro mengatakan, Indonesia memiliki banyak sumber industri CO2, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara, pengolahan gas alam, kilang minyak, dan pabrik kimia.
Seiring dengan banyaknya sumber daya penyimpanan geologis tersebut, lanjut Luky, potensial dioptimalkan menjadi lokasi penangkapan karbon. Adapun sejumlah proyek terkait telah dimulai. Bahkan, sebagian besar ditargetkan mulai beroperasi sebelum 2030.
“Indonesia memiliki formasi geologi yang dapat digunakan untuk menyimpan karbon secara permanen dengan menggunakan teknologi yang tepat,” kata Luky.
Luky menambahkan, dekarbonisasi industri hulu dan berat merupakan langkah penting untuk mewujudkan target net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060.
Adapun Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2023 bertujuan untuk memotivasi sekaligus memfasilitasi industri hulu di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon.
Baca juga: Perangkat Kesehatan Honeywell Bisa Diterapkan di Sekolah Saat Pandemi
“SKK Migas secara konsisten berperan aktif dalam penerapan CCS/CCUS di Indonesia di wilayah kerja hulu migas,” ujarnya.
Sementara itu, Country Manager UOP Indonesia Sofia Subur menambahkan, industri berat Indonesia lainnya juga bisa memulai pengurangan emisi gas rumah kaca mereka.
Industri tersebut dapat menggunakan teknologi teruji yang sesuai dengan skala dan kesiapan fasilitas operasional mereka.
Adapun teknologi-teknologi Honeywell yang siap mendukung upaya tersebut, di antaranya leak detection and remediation, serta energy efficiency and optimization.
"Dengan menerapkan teknologi dan solusi yang tepat bagi bisnis mereka, industri berat non-hulu dapat melakukan bagian mereka sekarang untuk mengurangi emisi karbon mereka".
Baca juga: Menko Airlangga Sebut Tesla hingga Honeywell Lirik Pasar RI
Sebagai informasi, teknologi-teknologi Honeywell lainnya yang dapat membantu Indonesia mencapai NZE 2060 di antaranya blue hydrogen melalui penangkapan CO2, bahah-bahan terbarukan (renewable fuels) yang dibuat dari e-methanol/ethanol, biomassa serta lemak, dan minyak.
Ada pula pelumas, baterai penyimpanan daya (battery energy storage system), dan pendauran plastik (plastics circularity) menggunakan pendauran kimia canggih.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya