Selang dua tahun, Sambak meraup giliran untung dengan menerima bantuan pembangunan dua unit digester dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng.
Dahlan bersyukur, biogas hasil pengolahan limbah tahu dari para pelaku usaha di wilayah Sindon sekarang bisa dirasakan juga oleh sejumlah warga di dusun lain. Di samping itu, para pengarjin tahu bisa terus beroperasi dengan menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar.
Baca juga: Optimalisasi EBT Dukung Ketahanan Energi Nasional
Benar saja, warga Dusun Miriombo RT 015/RW 006 Muhammad Kurniadi (30) yang karib disapa Adi mengaku sangat terbantu dengan adanya penyediaan instalasi biogas dari limbah tahu di desanya.
Bagaimana tidak, keluarganya kini tak perlu lagi membeli elpiji untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari.
Bahkan, dia sekarang turut memanfatkan sumber energi alternatif tersebut untuk mendukung usaha kedai kopinya.
Adi mengatakan, jika tak menggunakan biogas, keluarganya bisa habis 7-8 tabung elpiji ukuran 3 kg per bulan untuk urusan dapur dan warung.
Sekarang ceritanya lain. Keluarganya hanya perlu membayar iuran Rp15.000 per bulan kepada Kelompok Pengelola Biogas Lestari Desa Sambak sebagai syarat terus memperoleh pasokan biogas.
“Kami bisa berhemat banyak sejak ikut pakai biogas. Untuk beli satu gas melon saja, kami harus siap uang Rp 22.000. Ini lebih besar ketimbang nilai iuran biogas,” ungkap Adi.
Selama memanfaatkan biogas, dia bercerita tak pernah mengalami kendala berarti. Menurut Adi, pasokan biogas yang masuk ke rumah dan warungnya sejauh ini terpantau stabil.
Sebaliknya, dia justru merasa lebih puas karena api yang keluar di kompor bisa lebih besar daripada ketika memakai elpiji.
“Apinya sama berwarna biru. Bedanya, pakai biogas ini malah proses memasak jadi lebih mudah karena apinya besar,” cetusnya.
Warga Dusun Sindon Ngasiah juga mengaku sangat terbantu dengan adanya biogas hasil pengolahan limbah tahu di wilayahnya.
Dia pun turut memanfaatkan biogas untuk mendukung usaha kecilnya dalam memproduksi tempe gembus. Sebelum pakai biogas, Ngasiah bisa habis 5-10 tabung elpiji per bulan.
Baca juga: Pembangkit Listrik EBT 2060 Ditarget 700 GW, Capaian 2022 Masih 12,5 GW
“Keberadaan biogas ini menekan pengeluaran kami. Sebelum 2021 lalu, warga malah cuma ditarik iuran operasional Rp 10.000 per bulan sesuai kesepakatan,” ungkapnya.
Bagaimana dengan para pemilik pabrik tahu? Tentu saja, mereka yang sebelumnya menjadi penyebab masalah, mengaku ikut diuntungkan dengan adanya pengembangan biogas tersebut.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya