KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan, pada 2060 kebutuhan listrik di Indonesia diprediksi mencapai 1,942 terawatt jam (TWh).
Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, Arifin menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia telah membuat roadmap atau peta jalan untuk membangun pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT).
Arifin menuturkan bahwa target pembangkit listrik EBT pada 2060 adalah sebesar 700 gigawatt (GW).
Baca juga: Harga Keekonomian EBT Belum Kompetitif, Perlu Implementasi Nilai Karbon
Hal tersebut disampaikan Arifin dalam workshop bertema Acceleration of Indonesia’s Energy Transition to Reach 2060 Carbon Neutrality di Kantor Kementerian ESDM, sebagaimana rilis yang disiarkan Dewan Energi Nasional (DEN), Selasa (20/6/2023).
Arifin mengatakan bahwa untuk mempercepat program tersebut dibutuhkan kolaborasi dan kerja sama dengan seluruh stakeholder baik nasional maupun internasional.
"Untuk mencapai hal tersebut, kita membutuhkan dukungan dari segi teknologi, industri, dan infrastruktur dari seluruh stakeholder (pemangku kepentingan)," ujarnya.
Sebelumnya, pada Februari 2023, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menuturkan bahwa realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT pada 2022 adalah 12.557 megawatt (MW) atau 12,577 GW.
Baca juga: Begini Strategi Pemerintah Percepat Pengembangan EBT
Anggota DEN Satya Widya Yudha menyampaikan, pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor energi sebesar 358 juta ton karbon dioksida atau 12,5 persen dengan kemampuan sendiri pada 2030.
Bila mendapat bantuan internasional, penurunan emisi GRK ditarget 446 juta tonkarbon dioksida atau 15,5 persen pada 2030.
Selain itu, pemerintah juga menargetkan emisi nol karbon atau net zro emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
Satya mengungkapkan, saat ini DEN tengah melakukan revisi Kebijakan Energi Nasional (EKN) agar dapat sesuai dengan target NZE 2060.
Baca juga: Capaian EBT Indonesia Masih Kecil, Target 23 Persen pada 2025
"Kita melihat asumsi pertumbuhan ekonomi di dalam KEN cukup tinggi, nantinya ini akan kita sesuaikan," kata Satya.
"Pembaruan KEN ini bertujuan untuk mewujudkan ketahanan energi yang tangguh dan dekarbonisasi untuk mencapai NZE pada 2060 dengan tetap menjaga keamanan pasokan dan keterjangkauan harga energi," sambungnya,
Satya juga mengatakan bahwa terdapat beberapa strategi transisi energi di Indonesia menuju NZE 2060.
Beberapa strategi tersebut seperti mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk mengurangi konsumsi energi dalam jangka panjang, konservasi energi, efisiensi energi, diversifikasi sumber energi, dan pemanfaatan teknologi rendah karbon.
Baca juga: Industri Lokal Unjuk Teknologi Permesinan dan EBT di Jerman
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya