JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana Harita Group untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 300 MegaWatt di lokasi pertambangan, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, masuk dalam tahap studi kelayakan dan persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
Hal ini diungkapkan Director of Health, Safety and Environment Operation Department of Harita Nickel Group Tonny Gultom kepada Kompas.com, Rabu (2/8/2023).
"Saat ini sedang melakukan feasibility study (FS) dan persetujuan Amdal," ujar Tonny.
Harita Group merupakan perusahaan pertambangan dan hilirisasi terintegrasi yang berkomitmen menerapkan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Baca juga: Harita Group Raup K3 Awards Kementerian Ketenagakerjaan
Hal ini karena prinsip ESG semakin memainkan peranan penting bagi operasi bisnis perusahaan di Indonesia sebagai tolak ukur kemajuan keberlanjutan dan dampak etis dari suatu investasi perusahaan.
Dalam aspek environmental, Harita mengakui saat ini masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara sebagai energi untuk mendukung operasional bisnis, baik dalam sektor pertambangan maupun hilirisasi.
Namun, secara perlahan praktik pemanfaatan batubara sebagai sumber energi akan digantikan dengan energi baru terbarukan (EBT) melalui pengembangan PLTS.
Sebagaimana diketahui, penghentian operasional PLTU batu bara akan dilakukan bertahap hingga 2060. Hal ini diperlukan demi mendukung rencana Indonesia mewujudkan net zero emission (NZE) pada 2060.
Ketegasan Pemerintah menutup PLTU batubara juga sudah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam berbagai kesempatan.
Baca juga: Harita Produksi Batako Premium dari Limbah Nikel
Terlebih, Indonesia memiliki 418 GigaWatt potensi EBT dari air, panas bumi, angin, hingga matahari.
Perusahaan pun akan merancang peta jalan pengembangan PLTS ini. Seraya menunggu kajian komprehensif, Perusahaan tetap melakukan kegiatan untuk menurunkan emisi.
Salah satunya adalah penerangan jalan umum (PJU) yang memanfaatkan panel solar di lingkungan perkantoran Harita.
Meski diakui Tonny, panel solar bukan sumber energi yang stabil dan mencukupi untuk kebutuhan setrum seluruh wilayah, namun selama kurun 2024-2025 pengembangan PLTS akan mulai dilakukan.
"Targetnya, pada awal 2024 sebagian PLTS ini sudah beroperasi. Seraya ini dilakukan, kami juga berupaya mencari potensi lainnya untuk dikembangkan," urai Tonny.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya