Senada dengan Sastia Putri, Ketua Umum PPI Jepang Anastasya Hasyim mengingatkan, diskriminasi berbasis gender senantiasa terjadi di lingkungan sehari-hari sehingga secara tidak langsung menimbulkan keraguan bagi perempuan menduduki posisi kepemimpinan dan mencapai pendidikan tinggi.
Dia berpesan, semua orang dapat menjadi pemimpin dan menekankan pentingnya kualitas humanitarian dan bermoral pada seorang pemimpin yang dikarakteristikkan dengan kesediaan untuk melindungi pihak yang lemah dan mendengarkan langsung di lapangan.
Pada HUT ke-78 Republik Indonesia tahun ini, Anastasya Hasyim menyerukan, Indonesia juga perlu merdeka dari diskriminasi berbasis gender dan kekerasan berbasis gender.
Sesi terakhir acara ini menghadirkan beberapa perwakilan pengurus daerah PPI Jepang, yaitu Lillah Ukhro dari daerah Shikoku, Caroline Jilbert dari daerah Tohoku, dan Ekachaeryanti Zain dari Hokuriku yang berbagi beberapa kiat kepemimpinan.
Caroline Jilbert mengedepankan prinsip compassionate leadership yang bertumpu pada berempati dengan anggota dan membantu sesama anggota untuk menumbuhkan kepercayaan antara seorang pemimpin dan anggota lainnya.
Baca juga: Rektor: Lulusan UGM Kini Banyak Didominasi Kaum Perempuan
Sementara itu, Lillah Ukhro menyampaikan, seorang pemimpin harus turut turun tangan untuk dapat menyerap aspirasi anggota dan memahami keluh kesah mereka.
Terakhir, Ekachaeryanti Zain memberikan beberapa tips untuk mengatasi kelelahan mental saat berorganisasi dengan menyeimbangkan prioritas dan kapasitas.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya