PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Berbagai kerajinan bernilai ekonomis dihasilkan para warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas ll Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Produksi kerajinan rutin dilaksanakan sebagai bagian dari pembekalan keterampilan bagi anak berhadapan dengan hukum (ABH).
Ini juga sebagai salah satu upaya menciptakan lapangan kerja bagi warga binaan setelah mereka bebas.
Plt Kepala LPKA Pangkalpinang Andi Yudho Sutijono mengatakan, program keterampilan merupakan bagian dari upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial yang penting untuk membantu anak binaan mempersiapkan diri untuk kehidupan di luar sana.
"Kami sangat mendukung program pembinaan kepada anak binaan untuk terus mengasah keterampilan yaitu dengan cara menghadirkan berbagai pelatihan keterampilan diantaranya kerajinan anyaman lidi, membuat lampu hias dari pipa paralon, keterampilan pangkas rambut, membuat ukir nama dari triplek dan masih banyak lagi lainnya," tutur Yudho di LPKA Pangkalpinang, Rabu (6/9/2023).
Pada kerajinan kali ini, anak binaan dilatih membuat ukiran nama dari triplek seperti membuat papan nama untuk rumah, papan nama ruang kerja.
"Setiap mereka bisa menghasilkan 3-4 buah sehari mengingat waktu pengerjaan yang cuma sebentar karena masih banyak juga kegiatan pembinaan lainnya yang harus diikuti," ungkap Yudho.
Hal senada dikatakan Kasi Pembinaan M Anwar. Pelatihan tidak berhenti sampai di sini dan terus melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait seperti BLKI provinsi Babel dan Solid Artwork.
"Keterampilan seperti ini memang terus kami hadirkan untuk anak binaan supaya mereka punya bekal dan ilmu yang dapat disalurkan ketika mereka keluar dari sini. Hasil kerajinan anak binaan ini juga kami pasarkan terutama kepada pegawai disini juga ke para pemesan serta kemarin sempat ikut pameran kerajinan lokal," ujar Anwar.
Dengan terus berkembangnya program keterampilan, LPKA Pangkalpinang berharap bahwa anak binaan dapat meningkatkan keterampilan mereka, meraih penghasilan yang sah, dan akhirnya, kembali menjadi anggota masyarakat yang produktif.
"Mengasah keterampilan mereka dan membuat kerajinan bernilai ekonomis, mereka sedang membangun fondasi yang lebih baik untuk masa depan yang lebih cerah," pungkas Anwar.
Saat ini tercatat sekitar 32 warga binaan di LPKA Pangkalpinang. Jumlah penghuni sifatnya dinamis karena ada yang baru masuk dan ada juga yang telah selesai menjalani masa pembinaan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya