Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2023, 10:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lahan yang terbatas serta jumlah petani yang terus menurun menjadi tantangan bagi ketahanan pangan Indonesia. Saat ini, 70 persen petani yang ada di Indonesia berusia di atas 65 tahun.

Permasalahan itu yang membuat Erwin Gunawan mendirikan Gerakan Maju Tani. Menurutnya, masalah krisis pangan dunia sudah di depan mata dan tidak bisa diserahkan ke Pemerintah saja.

Kondisi ini menjadi masalah dan tanggung jawab bersama yang harus diatasi oleh partisipasi setiap warga negara Indonesia.

Oleh sebab itu, kata Erwin, Gerakan Maju Tani ingin melibatkan seluruh anak bangsa untuk berkontribusi sekecil apapun itu dalam menyelesaikan masalah ini.

Baca juga: NTB Didorong Jadi Penyangga Pangan Indonesia Timur

"Masalah lahan terbatas, jumlah petani berkurang tentu akan memengaruhi ketahanan pangan. Karena itu Gerakan Maju Tani ini mengajukan konsep Meta Farming di mana semua orang bisa menjadi petani meski tidak memiliki lahan,” kata Erwin dalam keterangan tertulis, Jumat (8/9/2023).

Erwin mengungkapkan, meta farming ini memanfaatkan teknologi untuk membantu orang-orang yang berminat untuk menjadi petani.

Rencananya, konsep meta farming ini akan disampaikan Gerakan Maju Tani kepada Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang juga Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, di Kantor KSP, Jakarta, Senin (11/9/2023).

Meta Farming adalah platform online yang memungkinkansemua orang bisa terlibat dalam pertanian. Melalui aplikasi ini, mereka yang tertarik untuk bertani bisa bercocok tanam di lahan yang sudah disiapkan oleh Meta Farming.

Contoh GREENS yang memiliki aplikasi meta farming punya lahan pertanian dengan smart control agriculture di mal atau juga restoran bikin ladang pertanian yang kita sebut green pod bertanam di dalam restoran.

Baca juga: Jadi Salah Satu Lumbung Pangan, Kalsel Didorong Antisipasi Dampak El Nino

"Jadi, anak muda yang ingin bertani di meta farming bisa belajar cara bertani mulai dari membeli bibit hingga memanen hasilnya yang nantinya akan bagi hasil dengan pemilik aplikasi,” jelas Erwin.

Tujuan utama dari Gerakan Maju Tani dengan konsep meta farming ini adalah menginspirasi generasi muda untuk mau menjadi petani dan juga pihak lain yang tertarik untuk bertani namun tidak tahu caranya.

Erwin berharap Ketua Umum HKTI memberikan dukungan kepada Gerakan Maju Tani untuk menyosialisasikan konsep meta farming.

“Gerakan ini bukan hanya difokuskan di Jakarta tapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Kami berharap semakin banyak yang mau bergabung dengan Gerakan Maju Tani dan mau bertani dengan konsep meta farming. Upaya ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah petani muda di Indonesia,” jelas Erwin.

Selain Erwin Gunawan dari GREENS, Gerakan Maju Tani diinisiasi oleh tujuh orang lainnya yaitu James Rayawan dari Hyoshi Farm, Edlin Prabawa dari Satria Group Farm, Andro Tunggul Namureta, Lantip Kurniawan dari Jalantara Tirtamarta Hidroponik, Nur Rohman, Alpukat Farmer, Chooirul Ibnur Fajar dari Agrobersama serta Ardito Hartawan dari Hydrofarm.

Baca juga: Peduli Stunting, Ketua Bhayangkari Sulbar Fokus Pangan Olahan Kebutuhan Medis

Berdasarkan hasil survei Jakpat, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian.

Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z yang tak ingin bekerja di bidang pertanian antara lain pendapatan kecil, penuh risiko dan tidak menjanjikan.

Rendahnya minat pemuda bekerja di sektor ini pun membuat Indonesia harus puas berada di urutan keenam negara dengan proporsi tenaga kerja pertanian tertinggi di Asia Tenggara.

Menurut ASEAN Statistics Division, proporsi tenaga kerja pertanian di Indonesia sebesar 29,8 persen pada 2020. Posisi Indonesia berada di bawah Kamboja dengan proporsi tenaga kerja pertanian sebesar 32.1 persen.

Sedangkan, Myanmar menjadi negara yang memiliki proporsi tenaga kerja pertanian paling tinggi di Asia Tenggara, yakni 48,9 persen.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

LSM/Figur
Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Pemerintah
Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Swasta
Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

LSM/Figur
Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Pemerintah
Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Swasta
IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau