Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Pendamping Keluarga Berperan Penting Cegah Stunting

Kompas.com, 14 September 2023, 20:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso mengatakan, peran Tim Pendamping Keluarga (TPK) sangat berarti untuk mencegah stunting.

Dia menyampaikan, saat ini ada 13,5 juta keluarga berisiko stunting di Indonesia, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (13/9/2023).

Kerja sama antara TPK, puskesmas, dan rumah sakit, juga diperlukan untuk mengintervensi keluarga berisiko stunting agar bisa menerima penanganan yang tepat dan tepat waktu.

Baca juga: 6 Daerah Sabet Penghargan Penanganan Stunting dan Layak Anak

Sukaryo berujar, TPK bisa bertugas mendampingi keluarga berisiko stunting melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.

Selain itu, TPK juga bertugas memberikan fasilitasi pelayanan rujukan kesehatan dan memfasilitasi layanan program bantuan sosial yang menyasar remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu pascapersalinan, ibu menyusui, serta anak 0-59 bulan.

“Fasilitasi penerimaan bantuan sosial adalah tugas mulia. TPK memberi fasilitasi bantuan sosial pada keluarga yang tidak memiliki akses air minum, jamban atau sanitasi yang layak, dan memenuhi persyaratan untuk mendapatkan bantuan sosial,” kata Sukaryo.

Terkait penerimaan bantuan sosial, TPK berperan dalam melaporkan keluarga calon penerima bantuan kepada kepala desa atau tim percepatan penurunan stunting di daerah.

Baca juga: Pemangku Kepentingan Harus Melek Data untuk Turunkan Stunting

Data yang dilaporkan tersebut dimasukkan dalam data terpadu kesejahteraan sosial atau DTKS.

Adapun kriteria keluarga berisiko stunting yakni sasaran yang memiliki faktor risiko untuk melahirkan anak stunting.

“Selain itu juga keluarga yang ada pada kondisi 4T, yakni terlalu muda menikah, terlalu tua hamil (di atas 35 tahun), terlalu dekat masa kehamilan, dan terlalu banyak anak,” ujar Sukaryo.

Dia menambahkan, kriteria selanjutnya yakni fakir miskin, orang tidak mampu, tidak memiliki jaminan kesehatan, dan kondisi rumah yang tidak layak.

Baca juga: Cegah Stunting, TeleCTG Bersama JICA Kembangkan Telemedicine

“Apabila keluarga berisiko stunting ini tidak didampingi, maka akan berisiko melahirkan anak stunting yang akan mengancam produktivitas dan masa depan bangsa,” papar Sukaryo.

Sukaryo turut berpesan pentingnya optimalisasi gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan anak yang merupakan faktor penting untuk mencegah stunting.

“Pola makan gizi seimbang harus dilakukan mulai dari masa pranikah, kehamilan dilanjutkan pemberian ASI eksklusif, hingga pemberian makanan pendamping ASI,” cetus Sukaryo.

“TPK mempunyai peran penting untuk memberikan edukasi ini, utamanya dalam pemberian ASI eksklusif, yang berdasarkan data masih 62-70 persen ibu yang patuh memberikan ASI eksklusif,” imbuhnya.

Baca juga: Stunting Tak Terjadi Tiba-tiba, Prosesnya Berlangsung Sejak Ibu Masih Muda

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau