KOMPAS.com – Hilirisasi pertambangan Indonesia dapat menjadi peluang dan langkah menuju masa depan.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Rifky Setiawan di Jakarta pada Rabu (13/9/2023).
Hilirisasi merupakan proses transformasi ekonomi berkelanjutan, di mana kebijakan industrialisasi berbasis komoditas bernilai tambah tinggi menuju struktur ekonomi yang lebih kompleks.
Baca juga: Hilirisasi Nikel Jadi Harta Karun Baru, Telapak Kaji 5 Perusahaan Besar
Rifky mengungkapkan, kinerja penanaman modal asing (PMA) tahun 2022 mencetak rekor tertinggi, di mana hilirisasi industri mendorong peningkatan investasi yang lebih merata.
“Kontribusi sektor sekunder (manufaktur) terus mengalami peningkatan seiring dengan hilirisasi dan share investasi PMA di luar Jawa juga terus mengalami peningkatan,” jelas Rifky dalam acara "Infrastructure Business Forum" dalam rangka "Main Event Sewindu Proyek Strategis Nasional (PSN)".
Rifky menambahkan, kinerja ekspor turunan nikel pada 2022 tumbuh 43 persen dibandingkan pada 2017.
Oleh karena itu, fokus kebijakan selanjutnya diarahkan pada pengembangan industri baterai dan kendaraan listrik.
Baca juga: Pidato Jokowi tentang Hilirisasi Nikel, Walhi: Tak Peduli Krisis Iklim
Di samping itu, adanya hilirisasi juga meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia.
"Neraca perdagangan mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut,” papar Rifky dilansir dari siaran pers Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi.
“Selain itu, neraca perdagangan dengan China juga surplus. Serta transaksi berjalan yang biasanya defisit terus mencatat surplus,” tambahnya.
Di satu sisi, ada banyak potensi hilirisasi di komoditas lainnya dan produk turunan dari hilirisasi produk yang sudah ada.
Baca juga: Kelembagaan dan Hilirisasi Dinilai Jadi Kunci Kesejahteraan Petani
Industri hilir terus berlanjut dengan pengembangan rantai pasok industri baterai dan Kawasan Industri Kalimantan Utara (KIPI) akan menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia.
Potensi nilai tambah hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah dapat mencapai tiga sampai 180 kali lipat dari bijih. Hilirisasi ketiga sumber daya itu juga mendukung nilai rantai pasok kendaraan listrik.
“Secara global, transisi kendaraan konvensional ke kendaraan listrik bergerak semakin cepat dan Indonesia akan mengikuti dengan tren konsumen yang mendukung,” papar Rifky.
“Pasar otomotif Indonesia akan mengikuti transisi kendaraan listrik, dengan tren konsumen yang mendukung,” sambungnya.
Baca juga: Di Hannover, Jokowi Proritaskan Hilirisasi, Transisi Energi, dan IKN
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya