JAKARTA, KOMPAS.com - Memperingati Hari Ulang Tahun ke-10 Restorasi Ekosistem Riau (RER), sebanyak 492 mahasiswa dari lima universitas mengikuti talkshow pelestarian alam lingkungan di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Kelima universitas yang dimaksud adalah Universitas Indonesia (UI), Universitas Tarumanegara, Universitas Pertamina, Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Multimedia Nusantara (UMN), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta.
RER merupakan inisiasi dari APRIL Group, produsen bubur kertas dan kertas halus yang beroperasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.
RER juga sebagau bagian dari Royal Golden Eagle (RGE) yang mengelola sekelompok perusahaan manufaktur berbasis sumber daya alam (SDA) dan beroperasi secara global.
Melalui RER, APRIL Group berkomitmen melindungi, merestorasi, dan mengonservasi ekosistem di lahan gambut, menjaga stok karbon, serta melestarikan keanekaragaman hayati di lahan konsesi seluas 150.693 hektar di Riau.
Tercatat hingga Juni 2023, 861 flora dan fauna telah teridentifikasi di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang yang merupakan area restorasi RER.
Rinciannya, 78 spesies mamalia, 318 spesies burung, 106 spesies amfibi dan reptil, 71 spesies odonata, 199 spesies tumbuhan, serta 89 spesies ikan.
Baca juga: Restorasi Ekosistem Riau Catat Kemajuan dalam Perbaikan Hutan Rawa Gambut Utuh di Sumatera
Ini artinya, angka tersebut bertambah 23 spesies jika dibandingkan tahun 2022 sebanyak 838 spesies.
Dalam talkshow tersebut, hadir dua narasumber yakni Corporate Communication Specialist RER Tiurma Rosinta Siagian dan Publik Figur Ramon Yusuf Tungka.
Tiurma mengungkapkan betapa sulitnya memulihkan hutan yang sudah terdegradasi. Sehingga, butuh komitmen tinggi untuk melanjutkan program tersebut.
"Oleh karena itu, kami masih sangat bersyukur karena didukung 100 persen oleh group April yang berlokasi di Pangkalan Kerinci yang merupakan suatu produsen serat pulp and paper. Kita sudah dibentuk tahun 2013 dan tahun ini merupakan anniversary ke-10 tahun," ucap Tiurma.
Tujuannya adalah memulihkan habitat flora dan fauna yang dahulu masih alami dan bagus untuk dipulihkan seperti sedia kala.
Bagi para mahasiswa yang tertarik untuk belajar langsung kegiatan restorasi hutan yang dilakukan oleh RER.
"Karena, kita juga sudah memiliki fasilitasnya di Semenanjung Kampar yaitu eco-research scan yaitu pusat penelitian gambut tropis. Jadi, kita sangat welcome buat teman-teman yang mau langsung belajar," tambah Tiurma.
Sementara itu, Ramon menambahkan, banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga ekosistem hutan.
"Mulai dari mengurangi sampah, itu memiliki dampak yang besar. Kita peka terhadap climate change (perubahan iklim), kita peka terhadap isu-isu yang ada di hutan," ucap Ramon.
Ramon menuturkan, banyak organisasi untuk membuka voluntary maupun mengadopsi pohon dengan membuka donasi.
"Ketimbang kita memelihara satwa yang hampir punah, lebih kita melakukan dari jauh mencari informasi dari taman satwa nasional. Jadi, banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk menjaga hutan," tutup Ramon.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya