Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Berdasarkan penelitian terbaru, para ilmuwan menemukan partikel-partikel mikropastik di awam.

Selain membuat udara makin tercemar, temuan tersebut mengarah pada dugaan bahwa mikroplastik kemungkinan turut berkontribusi terhadap pereubahan iklim.

Penelitian tersebut dilakukan para ilmuwan dengan mengumpulkan air dari awan yang mengelilingi Gunung Fuji dan Gunung Oyama di Jepang pada ketinggian antara 1.300 hingga 3.776 meter di atas permukaan laut.

Baca juga: Studi Ungkap Tanaman Berpotensi Jadi Solusi Cemaran Mikroplastik

Setelah itu, mereka menerapkan teknik pencitraan canggih untuk mencari tahu apakah ada mikroplastik di sana. Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemical Letters pada Agustus 2023.

“Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa mikroplastik di ketinggian dapat memengaruhi pembentukan awan dan, pada gilirannya, dapat mengubah iklim,” tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut.

“Sepengetahuan kami, penelitian ini adalah yang pertama mendeteksi mikroplastik di udara dalam air awan di troposfer bebas dan lapisan batas atmosfer,” sambung pawa ilmuwan.

Penulis utama penelitian ini, Hiroshi Okochi dari Waseda University, mengatakan kehadiran mikroplastik di troposfer berkontribusi terhadap polusi global.

Baca juga: Mikroplastik Pengaruhi Suhu Pasir Pantai, Ini Efeknya bagi Penyu

Dia menyebut kehadiran mikroplastik di troposfer tersebut sebagai polusi udara plastik, sebagaimana dilansir dari Sky News, Kamis (28/9/2023).

“Jika isu polusi udara plastik tidak ditangani secara proaktif, risiko perubahan iklim dan ekologi dapat menjadi kenyataan,” ujar Okochi.

Hal tersebut, tutur Okochi, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan tidak dapat diubah di masa depan.

Dia menambahkan, mikroplastik menjadi terdegradasi lebih cepat di bagian atas atmosfer karena radiasi ultraviolet yang kuat.

Terdegradasinya mikroplastik di udara melepaskan gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap pemanasan global.

Baca juga: Pertama Kali, Mikroplastik Ditemukan di Jaringan Jantung Manusia

Para peneliti mengatakan, sejauh pengetahuan mereka, penelitian dan temuan tersebut adalah yang pertama tentang mikroplastik di udara dalam air awan.

Dalam sebuah pernyataan mengenai penelitian tersebut, Waseda University mengeluarkan pernyataan.

Universitas yang berbasis di Tokyo, Jepang, itu menyebutkan, mikroplastik tertelan atau terhirup oleh manusia dan hewan dan telah terdeteksi di berbagai organ seperti paru-paru, jantung, darah, plasenta, dan feses.

“10 juta ton sampah plastik ini berakhir di laut, dilepaskan bersama percikan air laut, dan terbawa ke atmosfer,” tulis Waseda University.

“Ini menyiratkan bahwa mikroplastik mungkin sudah lama menjadi bagian dari awan, mencemari hampir semua yang kita makan dan minum melalui ‘hujan plastik’,” sambung universitas tersebut.

Baca juga: Di Mana Mikroplastik yang Terhirup Mengendap di Tubuh Manusia?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Pemerintah
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
LSM/Figur
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
LSM/Figur
Ancaman Baru Krisis Iklim, Tingkatkan Gangguan Pernapasan Kala Tidur
Ancaman Baru Krisis Iklim, Tingkatkan Gangguan Pernapasan Kala Tidur
LSM/Figur
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau