Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Kabupaten di Sulawesi Tenggara Jadi Fokus Upaya Penurunan Stunting

Kompas.com, 2 Oktober 2023, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Sebanyak enam dari 17 kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi fokus lokasi upaya penurunan stunting.

Keenam kabupaten tersebut adalah Konawe, Muna, Bombana, Wakatobi, Buton Utara, dan Muna Barat. Pasalnya, angka stunting di wilayah tersebut mengalami kenaikan.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca juga: Cegah Stunting, Papua dan Papua Barat Didorong Tekan Perkawinan Usia Muda

Dalam dua tahun terakhir, Provinsi Sulawesi Tenggara berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 31,4 persen menjadi 27,7 persen pada 2022 berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI).

Meski demikian, masih ada beberapa daerah yang perlu perhatian khusus dalam hal penanganan stunting.

“Untuk Konawe, Muna, Bombana, kemudian Wakatobi, kemudian Buton Utara, dan Muna Barat, perlu mendapat perhatian karena tempat-tempat tersebut stuntingnya meningkat,” kata Hasto dalam siaran pers yang dirilis BKKBN, Jumat (29/9/2023).

Selain itu, dua kabupaten yakni Buton Tengah dan Buton Selatan juga perlu mendapat perhatian karena persentase stuntingnya masing di atas 30 persen.

Baca juga: Jakarta Pusat Targetkan Nol Stunting Sebelum 2024

Menurut Hasto, beberapa penyebab naiknya kasus stunting di enam kabupaten tersebut adalah tingginya total fertility rate (TFR) atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur.

Selain itu, pernikahan usia muda juga masih tinggi di wilayah-wilayah tersebut dan menjadi faktor lain penyebab tingginya stunting. Oleh karenanya, perlu penanganan dari hulu yang lebih kuat.

Selain intervensi dari hulu, Hasto menjabarkan empat skenario pemberian makanan tambahan dalam rangka menurunkan stunting.

Keempat skenario tersebut adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Kesehatan, dana desa, dana Program Keluarga Harapan (PKH), dan dana yang bersumber dari bapak asuh anak stunting atau kemitraan dengan swasta.

Baca juga: Ayah Berperan Penting dalam Tumbuh Kembang Anak Cegah Stunting

Staf Ahli Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Bidang Pembangunan Berkelanjutan Agus Suprapto mengatakan, selain bapak asuh anak stunting, program bapak asuh bagi ibu hamil juga perlu digalakkan.

“Saya harap ada juga bapak asuh anak stunting tapi juga ada bapak asuh ibu hamil stunting,” ujar Agus.

Menurutnya, intervensi dari hulu perlu menjadi fokus utama seperti anak remaja dan ibu hamil untuk menekan stunting.

“Kemudian konvergensi semua anggaran apakah tepat pada sasaran, tidak hanya tingkat di kabupaten tapi apakah di desa demikian,” terang Agus.

Baca juga: Penganggaran Stunting di Daerah Harus Transparan dan Jelas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau