Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menanam Lidah Mertua, Tanaman Hias Penyerap Polusi Udara

Kompas.com, 6 Oktober 2023, 11:22 WIB
Agis Maulana,
Sheila Respati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Untuk memperindah tampilan rumah, tidak sedikit orang membeli dekorasi berupa tanaman hias. Selain dapat memberikan kesan natural, sejuk, dan asri, penempatan tanaman hias di dalam rumah juga memiliki fungsi bagi kesehatan penghuninya.

Saat ini, tingginya polusi dan cuaca panas tengah melanda sejumlah daerah di Indonesia. Tanaman hias dapat membantu menyerap polutan yang masuk ke dalam rumah dan menyegarkan kembali udara. Apalagi kondisi cuaca panas di sejumlah daerah di Indonesia membuat tanaman hias sangat penting untuk dimiliki.

Salah satu tanaman hias yang memiliki fungsi baik untuk menyerap polusi udara adalah lidah mertua. Lidah mertua yang memiliki nama ilmiah Sansevieria merupakan tanaman asal Benua Afrika yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman hias. Lidah mertua memiliki warna beragam, mulai dari hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning.

Selain itu, lidah mertua memiliki daun yang keras, tegak, dengan ujung runcing. Bentuknya yang tajam dan runcing inilah menjadi penyebab tanaman ini dinamai lidah mertua.

Perlu Anda tahu, tanaman lidah mertua dapat menyerap gas polutan berbahaya seperti karbon monoksida, benzene, formaldehyde, dan karbon dioksida hingga 46 persen. Melalui sel-sel daunnya, lidah mertua dapat menyaring kotoran, bau, atau gas berbahaya lalu mengubahnya menjadi udara bersih.

Baca juga: Urbanisasi Tingkatkan Polusi Udara, Tata Ruang Mainkan Peran Penting

Penelitian dari NASA pada 1999 juga mengatakan bahwa lidah mertua dapat menyerap 107 jenis polutan di daerah yang memiliki lalu lintas padat dan ruangan penuh asap rokok.

Memiliki kelebihan tersebut, tanaman ini cocok untuk dimiliki, terutama bagi warga Jakarta yang kerap menghadapi udara berpolusi. Terkadang, polusi udara di Jakarta sangat tinggi dan tidak baik untuk kesehatan.

Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan untuk menanam lidah mertua di rumah demi kesehatan diri sendiri dan keluarga.

Menanam lidah mertua pun ternyata sangat mudah dilakukan. Dilansir dari Great Gardening, berikut tip menanam lidah mertua dengan cara stek daun.

Pertama, pilih pot yang ukurannya lebih besar dari akar lidah mertua. Pastikan pot memiliki lubang drainase di bagian bawah untuk mencegah genangan air.

Kedua, potong daun menjadi beberapa bagian kecil berukuran minimal 10 cm. Kemudian, tancapkan bagian daun tersebut ke dalam pot yang berisi tanah yang subur.

Baca juga: Begini Cara Memperbanyak Tanaman Lidah Mertua dengan Stek Daun

Ketiga, siram tanaman hingga air mengalir ke dalam pot. Lidah mertua tidak perlu disiram terlalu sering karena daun bisa membusuk. Cukup siram 2-3 minggu sekali.

Keempat, simpan pot pada tempat yang teduh dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung.

Bagaimana, mudah bukan menanam lidah mertua? Yuk, budidayakan lidah mertua untuk memperindah tampilan rumah sekaligus menjaga keasrian udara di dalam rumah Anda.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau