JAKARTA, KOMPAS.com - Ekosistem padang lamun di Indonesia perlu dipulihkan untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan persoalan lingkungan lainnya.
Demikian pendapat dua peneliti BRIN Husen Rifai dan Kevin M Lukman dalam Ambio: A Journal of Environment and Society.
Menurut mereka, pemerintah perlu melaksanakan program restorasi lamun dan mengajak masyarakat terutama di kawasan pesisir untuk ikut menjaga ekosistem padang lamun.
"Munculnya kesadaran masyarakat adalah faktor yang vital bagi keberhasilan perlindungan dan?restorasi lamun. Karena jika masyarakat abai, maka ini menjadi salah satu kerugian bagi upaya konservasi padang lamun," ujar keduanya.
Baca juga: Masifnya Tambang Nikel di Sulawesi Picu Deforestasi dan Dampak Lingkungan
Husen dan Kevin mengusulkan dilakukannya upaya restorasi padang lamun secara besar-besaran dengan melibatkan banyak pihak dan lembaga terkait.
Setidaknya Indonesia bisa berkaca pada Australia yang berhasil melakukan restorasi padang lamun. Ongkosnya jauh lebih murah dibandingkan dengan restorasi terumbu karang.
Untuk upaya pemulihan lamun yang mencakup perencanaan, penanaman, sampai pemantauan diperkirakan menelan biaya sekitar 700.000 dollar AS atau ekuivalen Rp 10,8 miliar per hektar. Sedangkan restorasi terumbu karang mencapai 3 juta dollar AS (Rp 45 miliar per hektar).
"Jika dilakukan di negara-negara berkembang seperti Indonesia tentu akan lebih rendah lagi karena tenaga kerjanya tidak semahal di Australia," ujar Kevin.
Salah satu contohnya adalah apa yang telah dilakukan di Kepulauan Sangkarang, Sulawesi Selatan, terhadap padang lamun seluas 600 meter persegi yang menelan anggaran 100.000 dollar AS (Rp 1,5 miliar) untuk perencanaan, penanaman, dan pemantauan selama tiga tahun.
Baca juga: Gerakan Kain Gambo, Tren Pakaian Lokal Lawan Kerusakan Lingkungan
Program yang dimulai sejak 2016 ini menggunakan metode transplantasi, yakni pengambilan tanaman lamun yang sehat untuk ditanam di lokasi tujuan.
Setelah tujuh tahun dilaksanakan, usaha restorasi menuai hasil positif. Padang lamun yang pulih memancing satwa perairan untuk hidup di dalamnya, melindungi pantai dari erosi.
Forum Negara-negara Pulau dan Kepulauan atau Archipelagic and Island States (AIS) Forum turut mendukung upaya pelestarian lamun yang memiliki segudang manfaat.
Ini sebagai upaya mitigasi terhadap perubahan iklim dan pengelolaan tata kelola laut yang berkelanjutan sebagai salah satu dari empat tujuan utama dibentuknya forum yang dideklarasikan di Manado, Sulawesi Utara pada 1 November 2018 lalu.
Dalam perkembangannya, AIS Forum telah menciptakan kemitraan internasional untuk mengembangkan solusi inovatif.
Baca juga: Selain Praktis, Bawa Tumbler Juga Bermanfaat Menjaga Lingkungan
Salah satunya aplikasi Konversi Karbon Padang Lamun atau Seagrass Carbon Converter (SCC) yang merupakan aplikasi berbasis web untuk menghitung cadangan dan penyerapan karbon di padang lamun.
Melalui aplikasi yang dikembangkan oleh Sekretariat AIS Forum bersama Pusat Penelitian Oseanografi BRIN, dapat diperkirakan cadangan karbon dan penyerapan padang lamun di kawasan pesisir dari negara-negara anggota AIS Forum.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya