Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Budi Heru Santosa
Pegawai Negeri Sipil

Pemerhati masalah lingkungan dan sumber daya air

Teknik "Bioswale" dan "Rain Garden" untuk Pengurangan Risiko Banjir

Kompas.com - 19/10/2023, 09:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bioswale adalah saluran bervegetasi berbentuk memanjang untuk mengendalikan limpasan air hujan dan menyaring polutan. Sedangkan rain garden adalah taman dengan suatu area berbentuk cekungan bervegetasi yang didesain untuk mengumpulkan limpasan permukaan dan menyaring polutan dari area di sekitarnya.

Baik bioswale dan rain garden memiliki fungsi hidrologi, kimia, dan biologis, serta dapat berfungsi sebagai sarana untuk menampung dan meresapkan limpasan permukaan dari area di sekitarnya dan bila didesain dengan baik akan dapat memperindah lokasi.

Pada kondisi tidak hujan, keduanya adalah cekungan kering, dapat digunakan untuk berbagai keperluan publik.

Karena bentuknya memanjang, bioswale dapat diaplikasikan pada area parkir, jalur hijau sempadan jalan, rel KA, atau jaringan transmisi.

Sedangkan rain garden dapat diaplikasikan di lokasi-lokasi sempit di wilayah permukiman perkotaan.

Karena kemampuannya meresapkan air yang dipengaruhi oleh jenis tanah dan struktur geologi, kedua jenis infrastruktur ini dapat mengelola debit limpasan pada kejadian hujan dengan intensitas kecil hingga sedang.

Pada kondisi tanah dengan daya infiltrasi rendah, dapat dilengkapi dengan sistem drainase bawah tanah yang dihubungkan dengan perairan setempat.

Dengan penataan vegetasi yang disesuaikan dengan kondisi setempat, bioswale dan rain garden dapat menangkap sedimen dan menyaring polutan pada lapisan tanah.

Jika kita melihat penerapan bioswale dan rain garden, metode ini sudah banyak digunakan di Amerika Utara dan Eropa.

Di beberapa negara, ada semangat yang tinggi untuk kembali ke solusi berbasis alam dengan mengubah infrastruktur yang sudah ada menjadi BGI yang multifungsi.

Singapura juga sudah sejak 2014 menerapkan pengurangan debit banjir dengan mengelola air hujan di tempat jatuhnya, termasuk menggunakan metode BGI.

Karena kesamaan geografi, iklim dan curah hujan antara Singapura dan Indonesia menjadi alasan kuat bahwa Indonesia bisa mengimplementasikan metode BGI secara luas di wilayah perkotaannya.

Di Indonesia, penerapan BGI di perkotaan juga sudah diterapkan di beberapa RTH. Rain garden dalam bentuk cekungan yang ada di dalam RTH dan dilengkapi dengan vegetasi dapat kita lihat sebagai penampung limpasan permukaan.

Ini menunjukkan upaya pengelolaan air hujan di tempat jatuhnya sudah mulai dilakukan.

Namun bila dihitung jumlah implementasi BGI di seluruh wilayah perkotaan di Indonesia, angkanya masih perlu ditingkatkan untuk mencapai tingkat efektivitas BGI dalam mengurangi risiko banjir.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com