Untuk itu, perlu dilakukan upaya edukasi kepada pengelola RTH, baik pemerintah maupun privat, sehingga upaya pengurangan risiko banjir berbasis BGI dapat dimaksimalkan.
Selain itu, pemerintah juga perlu membuat panduan teknis pembuatan bioswale dan rain garden sehingga para pihak dapat mengimplementasikan metode tersebut secara mudah.
Selain memberikan banyak manfaat, bioswale dan rain garden juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: filter tanah yang tersumbat karena terlalu banyak sedimen dan hanya dapat mengelola limpasan permukaan dengan debit kecil hingga sedang.
Untuk itu, perlu dihitung debit limpasan permukaan yang berasal dari area sekitarnya dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan ukuran infrastruktur yang akan dibangun.
Selanjutnya, infrastruktur ini harus dirawat secara teratur agar tetap berfungsi secara optimal, baik dalam mengurangi risiko banjir maupun dalam meningkatkan keindahan lingkungan.
Terakhir, kota-kota di Indonesia sudah seharusnya mengintegrasikan fungsi biru secara luas pada RTH yang ada, baik milik pemerintah maupun masyarakat.
Dengan begitu, debit limpasan permukaan bisa dikurangi dan upaya pengurangan risiko banjir bisa lebih efektif.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya