KOMPAS.com - Kurangnya koordinasi antarlembaga menjadi salah satu kendala belum tercapainya penurunan kasus anak stunting di daerah.
Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden Ma'ruf Amin usai meninjau Posyandu Balita Melur di Desa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (18/10/2023).
"Belum masif, koordinasi di daerah kan untuk stunting ada beberapa lembaga yang tangani. Cara kerjanya belum secara bersama melakukan upaya kerja bersama," Ma'Ruf, sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Turunkan Angka Stunting Indonesia lewat Makanan yang Terjangkau
Dia menjelaskan, penurunan kasus stunting di Kabupaten Deli Serdang sudah mencapai 13,9 persen atau di bawah target nasional 14 persen pada 2024.
Namun, kasus stunting di tingkat Provinsi Sumatera Utara masih mencapai 21 persen sehingga perlu upaya percepatan agar target setiap provinsi bisa mencapai 14 persen pada 2024.
Menurut Ma'ruf, anggaran yang disiapkan pemerintah untuk mendukung percepatan penurunan stunting sudah cukup besar mencapai Rp 30,4 triliun pada 2023.
Di satu sisi, Ma'ruf menilai dengan banyaknya unsur yang terlibat, tidak menutup kemungkinan terjadi tumpang tindih tugas dan fungsi di lapangan.
Baca juga: TBC Jadi Salah Satu Penyebab Anak Stunting
Oleh karenanya, dia meminta gubernur dan kepala daerah berkoordinasi merealisasikan anggaran untuk percepatan penurunan angka stunting.
Strategi penurunan stunting tersebut terutama pada daerah dengan kasus yang masih tinggi, seperti Sumatra Utara dan Sulawesi Barat.
"Saya minta BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) sebagai koordinasi di lapangan, dengan rencana aksinya terus menyasar daerah yang masih tinggi," ujar Ma'ruf.
Baca juga: Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Penting Cegah Stunting
"Dalam rapat koordinasi sudah kita antisipasi untuk mempercepat itu, dengan perhitungan akan tercapai 14 persen itu dengan kolaboratif itu," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, pada 2024 pemerintah menargetkan prevalensi stunting menyentuh 14 persen. Kini tersisa satu tahun lagi untuk mencapai target tersebut.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada 2022 tercatat 21,6 persen. Itu berarti, butuh penurunan 7,6 persen pada 2024.
Baca juga: Anak Stunting Tetap Perlu Distimulasi Agar Otaknya Berkembang
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya