KOMPAS.com - Negara kepulauan menjadi wilayah yang paling terdampak bencana akibat perubahan iklim.
Berbagai bencana yang dipicu oleh perubahan iklim dapat merugikan produk domestik bruto (PDB) negara kepulauan hingga 50 persen.
Bahkan, bagi beberapa negara kepulauan, bencana akibat perubahan iklim dapat merugikan 100 persen PDB mereka.
Baca juga: Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Green Building Perlu Diprioritaskan
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, hal tersebut dapat semakin memperparah kesenjangan ekonomi.
Pada gilirannya, kesenjangan turut memengaruhi kesejahteraan dan ketangguhan masyarakat dalam beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim.
"Berdasarkan data WMO (World Meteorological Organization), kerugian ekonomi dunia dari kejadian ekstrem cuaca, iklim, dan air terbukti meningkat pesat," ucap Dwikorita dilansir dari keterangan tertulis, Selasa (17/10/2023).
Selama periode 2010 hingga 2019, kerugian yang disebabkan berbagai dampak krisis iklim mencapai 1.476,2 miliar dollar AS.
Baca juga: Atasi Dampak Perubahan Iklim, Ekosistem Padang Lamun Perlu Dipulihkan
Angka tersebut melonjak signifikan dibandingkan periode 2000 hingga 2009 yang tercatat sebesar 997,9 miliar dollar AS.
Sementara dalam kurun waktu 1990 hingga 1999, kerugian yang ditimbulkan akibat bencana yang dipicu krisis iklim tercatat 906,4 miliar dollar AS.
Di satu sisi, Dwikorita menuturkan, saat ini masih terjadi kesenjangan yang lebar antara negara maju dengan negara berkembang, negara kepulauan, dan negara miskin.
Kesenjangan tersebut meliputi kapasitas sosial-ekonomi dan teknologi yang sangat berpengaruh dalam mewujudkan ketangguhan negara-negara tersebut.
Baca juga: 6 Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Manusia
Hal ini berimbas pada ketanghuhan suatu negara dalam beradaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim, terutama terkait dampak terhadap ketersediaan air, pangan, dan energi.
Dwikorita mengatakan, menurut WMO, 60 persen kerugian bencana di negara maju terjadi akibat perubahan iklim.
Namun, dampak krisis iklim terhadap PDB negara maju hanya sekitar 0,1 persen.
Baca juga: Perubahan Iklim Berdampak Buruk terhadap Kesehatan Mental Anak dan Remaja
Lain halnya, dengan negara berkembang, di mana 7 persen dari bencana bisa menyebabkan hantaman kuat antara 5 persen hingga 30 persen terhadap PDB mereka.
"Negara-negara maju mungkin menganggap persoalan ini adalah persoalan sepele, namun bagi negara berkembang, kepulauan, dan miskin persoalan ini dampaknya bisa sangat parah kemana-mana karena ketidakberdayaan mereka," ucap Dwikorita.
Dwikorita menegaskan, kepemilikan teknologi yang mumpuni dapat meminimalisasi risiko bencana akibat perubahan iklim yang dihadapi.
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Produksi Listrik PLTA Menurun karena Kekeringan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya