Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 23 Oktober 2023, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Alun-alun Balai Kota Tallinn telah lama menjadi pusat keramaian. Titik fokus Kota Tua di ibu kota Estonia, ini telah menjadi tempat interaksi sosial paling penting selama berabad-abad; dari pasar petani, pengadilan pidana dan perayaan Natal.

Sayangnya, selama 20 tahun terakhir, penduduk setempat kesulitan melakukan hal paling sederhana seperti berhenti sejenak, duduk, dan mengobrol tanpa kewajiban membeli sesuatu dari salah satu kafe di sekitarnya.

Namun, hal itu berubah sejak musim panas 2023. Dari bulan Juni hingga September, alun-alun ini dipenuhi dengan kehidupan baru sebagai taman sementara, lengkap dengan tempat duduk kayu, bunga, pepohonan, dan bahkan perpustakaan gratis untuk dibaca orang.

Perubahan tersebut adalah bagian dari sejumlah proyek kota yang diselesaikan pada tahun Tallinn ditetapkan sebagai Ibu Kota Hijau Eropa.

Baca juga: Ini Manfaat Infrastruktur Hijau di Perkotaan, Tingkatkan Kualitas Hidup sampai Perekonomian

Ibu Kota Hijau Eropa atau European Green Capital (EGC) dijalankan oleh Komisi Eropa. Predikat ini diberikan kepada kota-kota dengan lebih dari 100.000 penduduk yang secara aktif melakukan transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Tallinn dianugerahi penghargaan lingkungan hidup pada tahun 2021, memberinya waktu dua tahun untuk mempersiapkan diri menjadi pusat perhatian ditambah cek senilai 600.000 Euro.

Untuk diketahui, ide untuk menggelar EGC ini pertama kali muncul di Tallinn pada tahun 2006, saat pertemuan kota-kota Eropa, sehingga dianggap sebagai acara "mudik" oleh pejabat kota.

Ibu Kota Hijau sendiri bukan sekadar kota-kota progresif. Inisiatif ini membantu pemerintah daerah dan pembuat perubahan untuk saling berbagi pengetahuan dan praktik terbaik, mulai dari memerangi polusi hingga beradaptasi terhadap cuaca ekstrem.

"Estonia kecil. Tallinn adalah satu-satunya kota besar kami, jadi kami tidak punya siapa pun untuk belajar selain ibu kota Eropa lainnya,” kata Kepala Departemen Perencana Wilayah Kaidi Põldoja.

Baca juga: Rendah Polusi, Ini 5 Kota yang Dapat Dijadikan Tempat Berlibur

Pendekatan Tallinn untuk menjadi pemegang EGC berkisar pada menghadirkan alam ke dalam kota dan mendorong penduduk untuk lebih menghargainya.

Perombakan taman di alun-alun merupakan bagian dari proyek ‘Jalur Hijau’ kota, dan memperkenalkan penghijauan ke seluruh ruang kota, mulai dari blok perumahan hingga jalur lalu lintas dan atap halte bus.

Keberhasilannya bergantung pada konsep yang disebut ‘urbanisme taktis’, sebuah pendekatan cepat dan dalam waktu singkat untuk mencegah proyek terjebak dalam permasalahan perizinan.

Desain taman alun-alun kota dengan cerdik menelusuri jalan-jalan yang masuk ke dalamnya, agar tidak menghalangi jalur apa pun bagi orang yang ingin melewatinya.

Kotak tanaman berbentuk heksagonal, sebuah petunjuk bagi lebah, yang kebutuhannya juga dipertimbangkan dalam pemilihan bunga yang ramah terhadap penyerbuk.

Bagian barat laut Kota Tua yang membentuk koridor sepanjang 14 kilometer melalui enam dari delapan distrik di Tallinn, merupakan prestasi hijau yang abadi.

Warga Tallinn terlibat membersihkan sampah

Tallinn menjadi lebih ramah lingkungan berkat kerja keras para sukarelawan yang konsisten dengan komitmennya memungut sampah.

Memungut puntung rokok, contohnya, merupakan bagian penting dari misi Tallinn untuk melibatkan penduduk. Bahkan, pada ‘Hari Pembersihan Sedunia’ pada tanggal 16 September sebanyak lebih dari 54.000 orang di Estonia terlibat membersihkan sampah.

Baca juga: IKN Kota Pertama yang Memiliki Komite ESG

Ada banyak cara bagi warga Tallinn untuk menyadari pengaruh status EGC dalam kehidupan mereka tahun ini. Dari bus tanpa pengemudi gratis melalui Kadriorg Park, hingga label ramah lingkungan baru di restoran mereka.

Mungkin hal yang paling menonjol adalah tidak adanya penggunaan plastik. Sekitar 100.000 pengunjung pada Festival Lagu dan Tari Remaja yang diadakan setiap tahun pada bulan Juli dilayani hanya dengan menggunakan peralatan makan yang dapat digunakan kembali, sehingga menghemat sekitar 3,5 ton sampah.

Dan yang terpenting, ada undangan terbuka bagi 461.000 penduduk Tallinn untuk turut serta dalam masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Di alun-alun juga masyarakat dapat berpartisipasi mendiskusikan rencana kota dan menggunakan alat realitas virtual untuk menyimulasikannya.

Menarik, bukan?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau