Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Industri Gandakan Efisiensi Energi, Hemat Rp 7.000 Triliun Per Tahun

Kompas.com - 24/10/2023, 14:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Industri global dapat menghemat sekitar 437 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 6.940 triliun per tahun mulai tahun 2030 melalui penghematan efisiensi energi dan juga dapat mencapai pengurangan emisi karbon secara besar-besaran.

Laporan Gerakan Efisiensi Energi, sebuah kolektif industri, yang beranggotakan ABB Swiss, Grup DHL Jerman, Alfa Laval Swedia, dan Microsoft, ini menyebutkan empat gigaton karbon emisi dapat dihemat pada tahun 2030 setiap tahunnya, jika dunia usaha menggandakan langkah-langkah efisiensi mereka.

Hal ini setara dengan menghilangkan 60 persen kendaraan berbahan bakar internal di dunia dari jalanan, sebut laporan tersebut yang dikutip Reuters, Selasa (24/10/2023).

Perusahaan dapat melakukan audit energi secara rutin, meninjau ukuran aset industri yang ideal, menghubungkan lokasi dan mesin untuk mendapatkan sinergi energi dan menggunakan mesin yang lebih efisien.

Baca juga: Perusahaan Energi Arab Saudi Minat Bangun EBT di IKN

“Menjelang COP28, penting untuk menunjukkan bahwa ada solusi teknologi yang matang dan konkrit yang tersedia untuk mengatasi masalah pemanasan global yang kita hadapi,” kata anggota komite eksekutif ABB Tarak Mehta.

Untuk diketahui, konferensi iklim COP28 akan diadakan akhir tahun ini.

Karena energi terbarukan hanya dapat memberikan sebagian dari jawaban, peran penting efisiensi energi dalam mempercepat transisi energi menuju pencapaian emisi nol bersih pada tahun 2050 tidak dapat disangkal.

Industri, termasuk pembuat semen, baja, dan bahan kimia, menggunakan beberapa teknik produksi yang paling menimbulkan polusi, dan dihadapkan pada proses dekarbonisasi yang mahal guna mencapai tujuan iklim serta tetap kompetitif.

Baca juga: Dana JETP Jauh dari Cukup untuk Transisi Energi Indonesia

Pekan lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan konsumsi energi global kemungkinan akan meningkat hingga tahun 2050 dan melampaui kemajuan dalam efisiensi energi, antara lain didorong oleh pertumbuhan populasi dan standar hidup yang lebih tinggi.

Sumber daya berbasis bahan bakar non-fosil, termasuk energi terbarukan, akan menghasilkan lebih banyak energi pada tahun 2050, namun pertumbuhan tersebut sepertinya tidak akan cukup untuk mengurangi emisi CO2 terkait energi global.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Pemerintah
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Swasta
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
Swasta
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Pemerintah
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
LSM/Figur
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Swasta
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
Pemerintah
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Pemerintah
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Pemerintah
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
LSM/Figur
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau