Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Migas dan Batu Bara Global Diprediksi Anjlok Setelah 2030

Kompas.com - 25/10/2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Permintaan bahan bakar fosil dunia akan mencapai puncaknya pada 2030. Setelah itu, konsumsi minyak dan gas (migas) serta batu bara akan menurun.

Prediksi tersebut disampaikan International Energy Agency (IEA) dalam laporan tahunan terbarunya berjudul World Energy Outlook 2023 yang dirilis pada Selasa (24/10/2023).

Proyeksi dari IEA tersebut didasarkan pada berbagai kebijakan pemerintah di dunia saat ini, sebagaimana dilansir Reuters.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, transisi energi ramah lingkungan sedang terjadi di seluruh dunia.

Baca juga: Puluhan Perusahaan Migas Komitmen Pangkas Emisi dalam COP28, Ekspansi Penangkap Karbon?

“Ini bukan soal 'jika', ini hanya soal 'seberapa cepat' – dan semakin cepat semakin baik bagi kita semua,” ungkap Birol dalam laporan tersebut.

“Pemerintah, perusahaan, dan investor perlu mendukung transisi energi ramah lingkungan, bukan menghalanginya,” sambungnya.

Akan tetapi, meski permintaan bahan bakar fosil menurun setelah 2030, tingkat konsumsinya masih dinilai belum cukup memenuhi Perjanjian Paris yang menargetkan mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

IEA menuturkan, masih tingginya konsumsi migas dan batu bara tidak hanya berisiko memperburuk dampak iklim.

“Namun juga merusak keamanan sistem energi, yang dibangun untuk dunia yang lebih dingin dengan kejadian cuaca yang tidak terlalu ekstrem,” tulis IEA.

Baca juga: Forum Leadership Hulu Migas 2023, SKK Migas Tegaskan Komitmen Pertumbuhan Berkelanjutan

Peran China

Pada 2030, IEA memperkirakan jumlah mobil listrik yang mengaspal di seluruh dunia akan melonjak sebanyak 10 kali lipat.

IEA menyebutkan, berbagai kebijakan yang mendukung energi ramah lingkungan di pasar-pasar utama akan menurunkan permintaan bahan bakar fosil di masa depan.

Misalnya, IEA memperkirakan 50 persen penjualan mobil baru di AS berupa kendaraan listrik pada 2030. Perkiraan ini naik dibandingkan proyeksi dua tahun lalu sebesar 12 persen.

Baca juga: BPH Migas Jamin Akses BBM hingga Daerah Terdepan, Tertinggal, dan Terluar

IEA juga melihat peran China sebagai kontributor penting dalam pertumbuhan permintaan energi ramah lingkungan.

Meskipun China dalam 10 tahun terakhir menyumbang hampir dua pertiga dari peningkatan konsumsi minyak global, China sedang gencar dan masif mengembangkan energi terbarukan.

IEA mengatakan, kunci transisi energi yang teratur adalah meningkatkan investasi di semua aspek sistem energi bersih, bukan pada bahan bakar fosil.

“Berakhirnya era pertumbuhan bahan bakar fosil tidak berarti berakhirnya investasi bahan bakar fosil, namun melemahkannya,” tulis IEA.

Baca juga: Pemerintah Masih Godok Peta Jalan Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Swasta
Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

LSM/Figur
Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

LSM/Figur
DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

Swasta
BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BUMN
AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

LSM/Figur
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Pemerintah
Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Pemerintah
Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Swasta
'Bahan Kimia Abadi' PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

"Bahan Kimia Abadi" PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau