KOMPAS.com - Kementerian Agama (Kemenag) akan mewajibkan program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) di tahun 2024 sebagai salah satu strategi turut mengentaskan stunting seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo.
Hal itu disampaikan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin dalam kegiatan Training of Trainer Komunikasi Antar Pribadi (ToT-KAP) untuk Tokoh Agama dan Imam Masjid di Tangerang Selatan, Rabu (25/10/2023).
“Saat ini memang belum wajib. Namun, tahun depan, kita mewajibkan tiap pasangan yang akan menikah untuk ikut program Bimwin. Selain itu, akan ada Peraturan Menteri yang dibuat agar semua pasangan yang akan menikah di-training terlebih dahulu,” ungkap Kamaruddin.
Langkah ini diambil, lanjut Kamaruddin, sebagai upaya untuk menciptakan generasi sehat, berpendidikan, dan produktif.
“Angka stunting masih cukup tinggi sekitar 21 persen. Presiden meminta harus turun di angka 14 persen tahun 2024. Untuk itu, mewajibkan program Bimwin bagi pasangan calon pengantin (Catin) merupakan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan keluarga,” jelasnya.
Sebagai informasi, saat berkunjung ke Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (24/3/2022), Presiden Joko Widodo mengingatkan pengentasan stunting bukan semata faktor gizi.
"Saya lihat tadi di lapangan memang stunting ini tidak hanya urusan gizi anak, tetapi dimulai dari calon pengantin memang harus disiapkan," ujar Jokowi di Timor Tengah Selatan.
Tujuannya, lanjut Jokowi, agar calon pengantin bisa tahu apa yang harus disiapkan sebelum menikah dan hamil. Menurut Jokowi, belum tentu semua pengantin memiliki pengetahuan tentang pengentasan stunting.
Sehingga lanjut Jokowi, ini perlu pendampingan calon-calon pengantin agar setelah menikah, bisa tahu apa yang harus dilakukan, berkaitan dengan gizi anak.
Lebih lanjut Kamaruddin menjelaskan, penguatan karakter anak mesti dibentuk sejak dalam kandungan. “Karenanya, ilmu, keterampilan, dan attitude bagi anak tidak harus dibentuk di lembaga pendidikan. Ketiganya sudah bisa mulai diasah dalam lingkup keluarga,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pihaknya tengah bekerja sama dengan Kemenkes dan BKKBN untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kepada calon ibu.
“Langkah ini diambil agar setiap calon ibu dapat mempersiapkan dan memahami dengan benar cara menjaga kesehatan reproduksi agar generasi yang lahir berkualitas,” pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya