KOMPAS.com – Sebanyak 131 perusahaan di seluruh dunia termasuk Nestle, Unilever, Mahindra Group dan Volvo Cars mendesak agar bahan bakar fosil disetop.
Mereka meminta para pemimpin dunia menyepakati tenggat waktu penyetopan bahan bakar fosil dalam KTT Iklim PBB COP28 pada akhir Novermber mendatang di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Desakan tersebut disampaikan 131 perusahaan dengan pendapatan tahunan hampir 1 triliun dollar AS tersebut dalam sebuah surat yang dirilis pada Senin (23/10/2023).
Baca juga: China Suntikkan Rp 136 Triliun ke Sektor Energi Indonesia, 86 Persen ke Bahan Bakar Fosil
Surat tersebut dikoordinasikan oleh organisasi nirlaba We Mean Business Coalition yang mendorong aksi iklim lebih besar secara global.
Mereka meminta para delegasi dalam COP28 mendatang berkomitmen agar sistem energi di negara-negara kaya mencapai dekarbonisasi pada 2035.
Selain itu, negara-negara kaya juga didesak membantu negara berkembang secara finansial sehingga konsumsi bahan bakar fosil dapat disetop paling lambat 2040.
“Bisnis kami merasakan dampak dan kerugian dari peningkatan kejadian cuaca ekstrem akibat perubahan iklim,” tulis perusahaan-perusahaan tersebut dalam surat itu, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Subsidi Energi Fosil Malah Pecahkan Rekor
“Untuk mendekarbonisasi sistem energi global, kita perlu meningkatkan energi ramah lingkungan secepat kita menghentikan penggunaan dan produksi bahan bakar fosil,” tambah mereka.
131 perusahaan yang menandatangani surat tersebut juga termasuk Bayer, Heineken, IKEA dan Iberdrola, yang mencakup berbagai sektor dan perusahaan multinasional serta usaha kecil dan menengah.
Perusahaan-perusahaan tersebut siap berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang mereka hasilkan sesuai target masing-masing.
Akan tetapi, banyak yang mengakui bahwa kemampuan mereka untuk mengurangi emisi GRK bergantung pada tindakan yang lebih cepat dari pemerintah.
Baca juga: Pembangkit Listrik EBT Baru Naik 91 MW, Energi Fosil Bertambah 900 MW
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Presiden COP28 Sultan Al Jaber menyampaikan, negara-negara di seluruh dunia harus mengakui bahwa mereka sudah jauh tertinggal dalam target melawan perubahan iklim sekaligus menyepakati rencana yang ambisius.
Al Jaber menututkan, COP28 mendatang harus menyepakati dilipatgandakannya energi terbarukan, penghematan energi, dan produksi hidrogen pada 2030.
“Kita harus benar-benar jujur mengenai celah yang perlu ditambal, akar penyebab, dan bagaimana kita sampai ke tempat ini di sini hari ini,” kata Al Jaber dalam pertemuan di Brussels, Belgia, pada Juli 2023.
COP28 akan menjadi penilaian formal pertama dari kemajuan negara-negara dalam membatasi kenaikan suhu Bumi tak melampaui 1,5 derajat celsius sesuai Perjanjian Paris pada 2015.
Saat ini, kebijakan yang diambil negara-negara yang meratifikasi Perjanjian Paris dinilai masih belum cukup mencegah suhu Bumi naik melampaui 1,5 derajat celsius.
Baca juga: Energi Terbarukan Dianggap Gagal Menggeser Dominasi Bahan Bakar Fosil
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya