KOMPAS.com - Energi baru terbarukan (EBT) menjadi salah satu kunci keberhasilan pemenuhan kebutuhan energi nasional dan menjamin ketahanan energi di masa depan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Haznan Abimanyu dalam webinar bertajuk "Energi Hijau dan Reduksi Emisi Karbon" di Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan energi di Indonesia, terutama bahan bakar dan listrik, diprediksi akan terus meningkat seiring penambahan populasi, perubahan gaya hidup, serta pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Perkembangan dan Tantangan Transisi Energi Lintas Sektor
Padahal, selama ini Indonesia masih sangat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Oleh karena itu, substitusi energi ke arah yang lebih hijau dibutuhkan untuk menyiasati ketergantungan terhadap energi fosil.
Meski demikian, Haznan menilai peralihan menuju EBT perlu dilakukan secara bertahap
Dia menambahkan, sejauh ini minyak dan gas bumi (migas) masih memegang peranan penting di dalam periode transisi energi.
Maka, menurut Haznan, teknologi dan strategi menuju transisi energi yang berkelanjutan juga sangat diperlukan.
Dia juga meminta agar kehati-hatian tetap dilakukan dan tidak tergesa-gesa menghapus pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara untuk mencegah krisis energi.
Baca juga: Pensiun Dini PLTU Batu Bara Makin Dorong Pengembangan Energi Terbarukan
"Kemudian menjadi terpaksa menyandarkan kembali atau membuka kembali kepada migas dan batu bara sebagai sumber energi," kata Haznan, sebagai mana dilansir Antara.
Selain itu, Haznan juga menekankan pentingnya riset di bidang energi untuk menguatkan ketahanan energi Indonesia di masa depan.
"Serta mendorong untuk menyesuaikan perannya dalam transisi energi," jelas Haznan.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, lembaga think tank Institute for Essential Services Reform (IESR) justru memandang, penyusunan peta jalan pensiun dini PLTU batu bara akan mendorong pengembangan energi terbarukan.
Sejauh ini, pemerintah tengah menggodok peta jalan pemensiunan PLTU batu bara.
Baca juga: Kementerian ESDM Masih Optimalkan Gas Bumi untuk Transisi Energi
Setelah peta jalan ditetapkan, pemerintah perlu mempersiapkan kerangka regulasi yang dapat mendukung penerapan struktur atau skema pembiayaan untuk pemensiunan PLTU batu bara di Indonesia.
Manajer Program Transformasi Energi IESR Deon Arinaldo menuturkan, sudah ada beberapa usulan struktur untuk pemensiunan PLTU.
Salah satu sturkturnya adalah write-off atau penghapusan aset PLTU dari catatan perusahaan karena dinilai tidak ekonomis lagi.
Struktur lainnya adalah spin-off yaitu penjualan aset PLTU ke perusahaan baru untuk mengelola aset tersebut dengan masa operasi lebih singkat.
Menurut Deon, pemerintah perlu membuat beberapa proyek percontohan untuk pengakhiran operasional PLTU yang sedang berjalan seperti PLTU Cirebon.
Baca juga: Transisi Energi Tingkatkan Produktivitas Ekonomi, Terlambat Bertindak Malah Merugikan
Proyek percontohan tersebut penting sebagai pembuktian konsep dan memberikan kepastian pada PLN maupun produsen listrik swasta atau independent power producers (IPP) sebagai pemilik aset PLTU.
“Selain dari skema atau struktur yang jelas dalam pengakhiran dini operasional PLTU batu bara, diperlukan pula mekanisme untuk bisa mengalokasikan pendanaan yang didapatkan dari pengakhiran dini PLTU tersebut ke pembangkit energi terbarukan,” kata Deon dalam salah satu diskusi panel Enlit Asia, Rabu.
Akan tetapi, dia menilai regulasi yang ada di Indonesia saat ini belum memungkinkan alokasi pendanaan dari pensiun dini PLTU batu bara ke pembangkit energi terbarukan.
“Sehingga perlu dikaji dan diusulkan perubahannya agar pendanaan energi terbarukan yang biayanya bisa murah bisa sekaligus digunakan untuk memensiunkan aset PLTU,” kata Deon, sebagaimana dilansir siaran pers IESR.
Deon memandang, masih banyak pekerjaan rumah untuk melaksanakan pensiun dini PLTU batu bara.
Baca juga: Transisi Energi, Menagih Janji Negara Maju dan Memperkuat Aliansi Baru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya