Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
360info

360info adalah layanan informasi publik nirlaba independen yang berkantor pusat di Monash University, Melbourne. 360info berkolaborasi dengan banyak pakar, peneliti, jurnalis, dan akademisi dengan beragam keahlian yang relevan.

AI Janjikan Obat yang Lebih Murah, Cepat, dan Baik di Industri Farmasi

Kompas.com - 26/11/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) atau kecerdasan buatan adalah tiket terpanas untuk sebuah prediksi selama pandemi.

AI juga sangat sensitif dan spesifik dalam mengidentifikasi objek, cepat dalam meringkas informasi, dan konsisten dalam memberikan hasil, tampaknya menjadi obat mujarab untuk masalah penelitian medis kami.

Namun, Covid-19 juga memperlihatkan keterbatasan pemodelan. Model komputer untuk penyebaran virus sangat kompleks atau, sebaliknya, disederhanakan agar praktis pada komputer yang tersedia.

Kebenarannya, seperti biasa, berada di tengah-tengah: meskipun bukan solusi itu sendiri, AI dapat membantu dalam diagnosis, pengobatan, prediksi, dan penemuan obat dan pengobatan, serta meningkatkan kemampuan manusia untuk melawan pandemi ini dan pandemi di masa depan.

Jauh sebelum teknologi AI berkembang, penemuan dan pengembangan obat merupakan hasil kerja para ahli kimia obat yang bekerja sama di laboratorium, menguji dan memvalidasi sintesis mereka.

Baca juga: Krisis Iklim Timbulkan Ancaman Kesehatan Ekstrem Bagi Ibu Hamil dan Anak

Prosesnya panjang, mahal, dan lambat; perkiraannya mencapai 2,6 miliar dollar AS dan rata-rata 10 tahun untuk sebuah obat baru.

Munculnya AI, baik machine learning (ML) maupun deep learning (DL), telah membantu mempercepat proses penemuan dan pengembangan obat.

Kumpulan data biologis yang sangat besar di seluruh dunia telah menjadi bahan baku untuk pemrosesan pembuatan obat dengan pendekatan berbasis ML/DL.

ML/DL dapat mengidentifikasi molekul aktif secara biologis dengan lebih sedikit waktu, tenaga, biaya dan lebih efektif.

Penemuan obat membutuhkan proses yang panjang dan kompleks yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap utama: pemilihan obyek; skrining senyawa; studi praklinis dan uji klinis.

Tahapan-tahapan tersebut harus dapat ditranskripsikan dan diuji dalam sistem komputasi cerdas berbasis AI.

Jika kandidat obat melewati fase keamanan dan kemanjurannya telah dikonfirmasi dalam fase klinis, senyawa tersebut akan ditinjau oleh lembaga-lembaga seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk disetujui dan dikomersialkan.

Baca juga: AstraZeneca Dekarbonisasi Sektor Kesehatan Melalui Elektrifikasi Mobilitas

Penemuan obat berbasis AI umumnya melibatkan komputer dalam dua tahap pertama, yaitu desain obat; sintesis otomatis; atau skrining obat, prediksi bioaktivitas, toksisitas, atau sifat kimianya.

Sebagian besar penyakit dikaitkan dengan disfungsi protein dalam tubuh. Struktur tiga dimensi protein sangat penting dan di sinilah teknik berbantuan komputer dapat memainkan peran penting dalam simulasi dan evaluasi struktur protein.

Algoritme berbasis jaringan saraf untuk menyintesis molekul komponen obat diharapkan dapat membantu para ilmuwan menghindari kegagalan dan memprediksi reaksi yang buruk.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Pemerintah
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
BrandzView
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
LSM/Figur
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Pemerintah
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan 'Green Job'
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan "Green Job"
Swasta
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau