Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2023, 22:13 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono berpendapat, pembangunan bendungan dan embung sebagai tampungan air di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu upaya nyata untuk mengatasi ancaman perubahan iklim (climate change).

Hal tersebut disampaikan Menteri Basuki dalam acara Seminar Internasional Hydraulic Engineer International Seminar (HEIS) 2023 bertajuk “Water Actions Toward Climate Resilience, Green Economy, and Sustainable Development” yang digelar Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) di Kampus Universitas Tarumanegara, Jakarta, Sabtu (25/11/2023).

"Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim (climate change) Pemerintah Indonesia harus memperbanyak tampungan air (reservoar), baik itu embung dan bendungan. Dan kita utamakan bendungan agar di saat kemarau masih ada cadangan air yang cukup besar," kata Basuki.

Menurutnya, jumlah bendungan di Indonesia masih jauh jika dibandingkan negara lain seperti Korea Selatan dan China. Sebagai negara kepulauan besar, Indonesia juga harus berpikir besar untuk terus menambah jumlah tampungan air.

Baca juga: 248 Bendungan Dimanfaatkan demi Energi Hijau, Ini Potensinya

Pemerintah China hingga akhir tahun 2022 tercatat telah memiliki sekurangnya 98.000 bendungan, lalu Korea Selatan mempunyai sekitar 18.000 bendungan, sementara Indonesia hanya 300 bendungan.

Selain itu, Basuki juga menyatakan pentingnya memperhatikan dan memodifikasi desain bendungan agar dapat berfungsi optimal dalam pemanfaatan air, baik di musim kemarau dan hujan.

"Tidak kalah penting adalah memperbarui desain bendungan. Semua bendungan harus punya pintu air agar dapat dioperasikan optimal dalam musim hujan dan kemarau," tegasnya.

Oleh karena itu, lanjut Basuki, Kementerian PUPR terus mengutamakan pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di berbagai infrastruktur.

Dia mencontohkan pembangkit listrik tenaga surya terapung (floating solar energy) yang memanfaatkan 20 persen luas permukaan genangan bendungan.

Terdapat potensi tenaga listrik sebesar 4.800 Megawatt (MW) potensi dari floating solar energy, dari seluruh bendungan yang ada.

Baca juga: Bahas Energi Hijau, Insinyur se-ASEAN Berkumpul di Bali

Selain itu, Kementerian PUPR juga telah memanfaatkan 23 bendungan eksisting yang dibangun sebagai pembangkit listrik tenaga air.

"Kapasitas listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga air baru berkisar 9 persen dari seluruh jenis pembangkit listrik di Indonesia yang dihasilkan," ujarnya.

Basuki berpesan kepada para ahli di bidang Sumber Daya Air (SDA) yang tergabung di HATHI untuk terus beradaptasi dalam pemanfaatan perkembangan teknologi.

"Saat ini sudah berkembang teknologi baru kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Teknologi AI harus bisa dikembangkan pemanfaatannya untuk pengelolaan SDA seperti dalam mengatasi banjir dan air baku," ujarnya.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau