Karenanya, Universitas Paramadina melalui mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Politik angkatan ke-22, memberdayakan masyarakat wilayah tersebut untuk memanfaatkan peluang ekonomi.
Salah satunya dengan melakukan pengelolaan bank sampah.
“Pengelolaan bank sampah juga ternyata bisa dibarengi dengan budidaya maggot, yaitu larva lalat yang bisa dijual untuk pakan ternak, tentu ini potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan” ujar Usmar.
Untuk Budidaya Maggot, mereka bekerjasama dengan Joglo Larva Center Jatiasih. Komunitas ini memiliki pengalaman panjang dalam memberikan pelatihan dan pendampingan.
Kegiatan pemberdayaan ini melibatkan 150 orang warga sekitar ponpes. Total ada 100 orang yang ikut pengelolaan bank sampah dan 20 orang yang mengikuti pelatihan foto dan video.
Sementara di tempat yang sama, pengasuh Ponpes Darul Futuuh Muhammad Farhan mengungkapkan, akar masalah di wilayah ini adalah kemiskinan. Lantaran tidak bekerja, mereka akhirnya tidak mampu membiayai anaknya sekolah.
Farhan mengakui ada SMP negeri yang gratis, tetapi anak-anak sering tidak tembus karena terbentur masalah zonasi.
Karenanya ia berharap, pemerintah Kota Bekasi membangun SMP Negeri di wilayah Harapan Mulya lantaran jumlah penduduknya juga sudah semakin padat. Sedangkan SMP dan SMA Negeri tidak ada.
Saat ini, terdapat 12 sekolah di wilayah Harapan Mulya, mencakup empat SD (3 SD negeri, dan 1 SD swasta), dan 7 SMP swasta.
Farhan yakin, jika Pemkot Bekasi mau membangun SMP dan SMA negeri yang dekat wilayah sini, pasti angka putus sekolah akan menurun.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya