KOMPAS.com - Setiap tahun, manusia membuang 10 juta ton plastik ke laut. Membunuh sekitar satu juta hewan laut setiap tahunnya.
Salah satu penghasil sampah plastik terbesar adalah dari perlengkapan dapur. Dengan masifnya penggunaan plastik dan fakta fenomena tersebut, penyelesaian masalah ini perlu tindakan regulasi yang ketat dari pemerintah.
Namun, ada beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir sampah plastik.
Baca juga: Bolehkah Menggunakan Botol Plastik Bekas Minuman Lebih dari Sekali?
Jika belum benar-benar bisa menolak penggunaan plastik dalam keseharian, kamu dapat mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang atau 3R (Reduce, reuse, refuse).
Dilansir dari The Guardian, Jumat (5/1/2024), berikut beberapa tips dari para pakar ahli lingkungan, tentang cara mengurangi sampah plastik di dapur.
Plastik ada dimana-mana, terutama di toko kelontong. Mulai dari plastik yang digunakan untuk menutupi buah yang sudah dipotong, karton susu, dan kemasan daging yang sudah diiris.
Coba belajar untuk menghindari membeli produk yang tidak kamu perlukan. Lalu, jika kamu memerlukannya, carilah produk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang bersumber secara berkelanjutan.
Saat berbelanja, tidak hanya untuk bahan makanan tetapi juga untuk peralatan dapur, ahli merekomendasikan untuk mempertanyakan terlebih dahulu apakah kamu memerlukan sesuatu.
Baca juga:
Kemudian, coba gunakan kembali dengan barang yang sudah kamu miliki, sebelum akhirnya mencari “opsi yang menyertakan konten daur ulang".
Hal ini akan dapat menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan. Sebab, menurut laporan Forum Ekonomi Dunia pada 2021, dengan menggunakan kembali 10 persen produk plastik, dapat mencegah hampir setengah dari sampah plastik laut setiap tahunnya.
Kemudian, biasakan membawa kantong belanja saat berbelanja bahan makanan, baik ke pasar maupun supermarket besar.
2. Memasak
Peralatan plastik dapat melepaskan mikro dan nanoplastik dalam jumlah tinggi, terutama jika kita memanaskan, memotong, atau mencampurkannya.
Baca juga: Tarik Ulur Perjanjian Pengendalian Plastik Global, Daur Ulang atau Batasi Produksi
Cara terbaik untuk mengatasi persoalan ini, adalah mengganti peralatan plastik dengan peralatan logam, kaca, atau kayu.
Namun berhati-hatilah saat melihat peralatan kayu atau bambu yang dianggap sebagai lem yang digunakan untuk menyatukannya. Bahkan lem yang digunakan untuk menutup kantong teh saja sudah bisa melepaskan miliaran mikroplastik.
Bungkus plastik menjadi salah satu dampak terbesar terhadap lingkungan. Kita hanya menggunakan wadah penyimpanan plastik sekali, namun memerlukan waktu hampir 1.000 tahun untuk terurai di tempat pembuangan sampah.
Untuk menghindari wadah plastik penyimpanan sekali pakai, ada baiknya kamu menggunakan stoples beraneka ukuran.
Tidak sampai hanya pada tahap penyimpanan, rupanya unsur plastik juga masih ditemukan saat dalam tahap pembersihan. Ketika mencuci piring, misalnya.
Jika kamu menggunakan sabun cuci piring cair, kemungkinan besar sabun tersebut dikemas dalam botol plastik.
Untungnya, beberapa merek sudah mulai menjual sabun cuci piring batangan dan sabun cuci piring cair yang dikemas dalam karton.
Sebagian besar spons juga terbuat dari plastik, tetapi semakin banyak toko yang menjual spons dan serbet alami seiring meningkatnya permintaan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya