KOMPAS.com - Kebijakan holistik merupakan kunci utama untuk stabilisasi harga beras dengan didukung data pertanian yang valid.
Hal tersebut disampaikan Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (4/12/2024).
"Menerapkan kebijakan holistik dapat memperbaiki kesejahteraan petani. Dengan demikian produksi akan meningkat karena petani berminat menanam selama menguntungkan," kata Eliza.
Baca juga: Libur Akhir Tahun di Belitung, Cabai Lokal dan Stok Beras 280 Ton Aman
Menurutnya, impor seharusnya tidak menjadi jalan pintas ketika terjadi kekurangan produksi dalam negeri.
Untuk mengurangi kekurangan produksi, perlu evaluasi kebijakan dari hulu hingga ke hilir agar petani tetap produktif dan harga beras terjangkau di tingkat konsumen.
"Semestinya kebijakan stabilisasi harga dengan impor ini jangan selalu dijadikan shortcut (jalan pintas) jika terjadi kekurangan produksi dalam negeri, melainkan menerapkan kebijakan holistik yang dapat memperbaiki kesejahteraan petani," ucap Eliza.
Eliza mengungkapkan, kenaikan harga beras disebabkan oleh faktor penawaran dan permintaan.
Dia menilai, kebijakan instan pemerintah berencana mengimpor 2 juta ton beras untuk 2024 kurang tepat, karena Bulog sudah memiliki cadangan beras 1,6 juta ton.
Baca juga: Stok Beras dan Gula di Bangka Mencukupi Libur Natal dan Tahun Baru
Selain itu, menurut dia, Bulog tidak akan maksimal menampung gabah atau beras petani karena keterbatasan gudang Bulog yang belum bisa menampung lebih dari 3 juta ton.
Eliza menuturkan, kebijakan impor ditetapkan bukan berbasis kebutuhan. Jika digunakan untuk menutupi kekurangan produksi, semestinya impor menunggu terlebih dahulu hingga ada hasil panen raya.
Eliza memberikan contoh kondisi penurunan produksi yang bukan hanya terjadi tahun ini, tetapi juga pada periode El Nino sebelumnya.
Ia menilai perlunya mitigasi yang lebih baik terhadap faktor cuaca seperti El Nino dengan memahami pola-pola yang biasa terjadi.
Baca juga: Buah Sukun Bisa Jadi Alternatif Pangan Pengganti Beras
Ia berujar Indonesia bisa melihat dari pengalaman China, yang mampu menjaga produktivitas meski diadang El Nino.
Hal ini memungkinkan China untuk memenuhi kebutuhan domestik dan bahkan melakukan ekspor ke Afrika.
"Agar harga pangan relatif stabil, maka produksi harus dijaga dengan harga yang berkeadilan bagi produsen sehingga minat menanamnya terjaga," ucap Eliza.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya