JAKARTA, KOMPAS.com - PT Amandina Bumi Nusantara yang berfokus pada industri daur ulang, telah meraih Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk resin polyethylene terephthalate (PET) daur ulang serta berhasil melakukan ekspor ke pasar Eropa.
Amandina juga menyatakan komitmen untuk mendukung industri hijau dengan menggunakan solar panel dalam proses produksi di pabrik-pabrik yang dioperasikan.
Managing Director PT Amandina Bumi Nusantara Suharji Gasali menuturkan, sejak diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, pada 8 Februari 2023, pabrik Amandina terus berkomitmen untuk mencapai misi berkelanjutan melalui berbagai langkah strategis.
"Antara lain menjadikan pabrik daur ulang PET pertama yang berhasil memenuhi SNI untuk sistem manajemen kualitas, meraih standar ISO 9001, serta membuktikan bahwa kualitas produk daur ulang yang dihasilkan mampu diterima oleh pasar Eropa," tutur Suharji dalam keterangannya kepada Kompas.com, Kamis (10/1/2023).
Baca juga: Tarik Ulur Perjanjian Pengendalian Plastik Global, Daur Ulang atau Batasi Produksi
Data dari World Bank tahun 2021 menunjukkan, Indonesia memproduksi sampah plastik sekitar 7,8 juta ton setiap tahun. Dari angka ini, ada 4,9 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dan menjadi limbah lingkungan.
Sementara tingkat daur ulang (recycle rate) sampah plastik baru menyentuh angka tujuh persen, dengan plastik jenis PET mencapai 75 persen tingkat daur ulang.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri melalui Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 telah mencetuskan Peta Jalan pengurangan sampah oleh produsen dengan menargetkan pengurangan sampah hingga 30 persen pada 2030.
Sejatinya, menurut Dosen dan Peneliti di bidang Ekonomi Sirkular Universitas Gadjah Mada Suci Lestari Yuana, terdapat tiga tantangan pengelolaan plastik pasca-konsumsi.
Yakni tingkat plastik daur ulang baru mencapai tujuh persen, pengolahan plastik daur ulang yang masih terpusat di Jawa dan minimnya pendekatan daur ulang yang mendorong perubahan perilaku konsumen.
Suci menambahkan, penguatan industri daur ulang perlu dilakukan untuk menjawab ketiga tantangan ini. Salah satunya dengan mendorong konektivitas dan integrasi antara stakeholder sampah plastik dari hulu ke hilir, dari bank sampah ke pabrik daur ulang.
Baca juga: Valuasi Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia Belum Terhitung
Selain itu, upaya integrasi ekosistem industri daur ulang domestik bisa memberi kesempatan bagi para pekerja informal di industri sampah.
Amandina, kata Suharji, memiliki fokus utama untuk memainkan peran lebih besar dalam pelaksanaan ekonomi sirkular di Indonesia dengan meningkatkan inovasi, membuka lebih banyak kolaborasi dengan mitra, melakukan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dari rumah, serta menargetkan peningkatan produksi jumlah botol PET daur ulang.
Menurutnya, perusahaan tidak hanya memproses botol plastik PET pasca-konsumsi menjadi resin recycled PET yang dapat digunakan langsung untuk kemasan makanan dan minuman (food-contact approved), tetapi juga memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.
"Selain itu juga mengurangi dampak dari limbah plastik, serta jejak karbon lebih rendah dari jenis kemasan lainnya," cetus Suharji.
Dengan demikian, ia mengeklaim, perusahaan telah mendukung target pemerintah dalam ekonomi hijau melalui tiga pilar utama yaitu; peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim.
Baca juga: Daur Ulang Limbah Elektronik Lebih Rumit, Tapi Cuannya Segudang
Selain itu juga pembangunan rendah karbon melalui pemakaian solar panel sebesar 1 Mwp yang dapat mengurangi emisi karbon sebesar 1,017 metrik ton pada tahun pertama.
Untuk diketahui, untuk melaksanakan operasional pabrik, perusahaan bermitra dengan Yayasan Mahija Parahita Nusantara, yang bersama-sama menjalankan konsep pengumpulan bertanggung jawab melalui 30 mitra pengumpul botol bekas di seluruh Indonesia.
Kemitraan ini mampu memproses 31.500 ton botol PET bekas atau setara dengan 1,5 miliar botol setiap tahunnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya