KOMPAS.com - Valuasi daur ulang sampah di Indonesia belum bisa dhitung karena tidak lengkapnya proses reduce, reuse, recycle dan tidak terpilahnya sampah di tempat pembuangan akhir.
Project Lead Corp Plastic Campaign Greenpeace Indonesia Ibar Akbar mengatakan, mengukur valuasi juga memerlukan transparansi produsen terkait produksi jumlah sampah dan penyerapannya pascakonsumsi.
Dalam proses daur ulang sampah plastik, Ibar menuturkan tidak bisa langsung lompat ke recycle, tapi perlu melewati proses reduce dan reuse terlebih dahulu.
Baca juga: Daur Ulang Limbah Elektronik Lebih Rumit, Tapi Cuannya Segudang
"Tiga hierarki ini bukanlah pilihan yang bisa dipilih satu persatu atau atau seenaknya kita saja. Tetapi itu sebuah tahapan, artinya reduce dulu, reuse dulu, terakhir daur ulang setelahnya," kata Ibar saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/8/2023).
Ketika berbicara mengenai hierarki, sektor reduce-nya terlebih dulu yang harus digenjot dengan mengurangi plastik kemasan sekali pakai.
Setelah itu, mengupayakan reuse sampai mencapai batas pakainya hingga akhirnya baru membicarakan recycle alias daur ulang.
"Kalau sudah masuk daur ulang, baru masuknya ke TPA (tempat pembuangan akhir)," ucap Ibar
Menurutnya, ada tahapan yang hilang dalam proses reduce dan reuse kemudian langsung lombat ke recycle.
Baca juga: Menakar Investasi Daur Ulang Sampah di Indonesia
Ibar menuturkan, proses daur ulang membutuhkan upaya lebih ketika sampah plastik bercampur menjadi satu.
Pasalnya, setiap jenis plastik punya pengelolaan sendiri. Contohnya, dalam botol plastik polyethylene terephthalate (PET) terdapat tiga jenis yang tidak bisa dijadikan satu.
Ketiga jenis tersebut adalah botol, label, dan tutupnya. Semua harus dipisah dan dipilah berdasarkan warna dan bentuk.
"Contohnya satu botol PET yg bisa diidaur ulang cuma botolnya. Labelnya enggak bisa didaur ulang. Kemudian tutupnya juga perlu dipisah lagi per warna dan per bentuk," papar Ibar.
Baca juga: Pasar Daur Ulang Tembus Rp 836 Triliun Dipicu 12 Faktor, Ini Daftarnya
Selain itu, jenis plastik dengan nilai yang rendah seperti plastik saset dan kantong plastik sekali pakai turut membuat
"Artinya, daur lulang butuh pemisahan dan pemilahan antar jenis plastik. Itu baru jenis botol PET, belum yang lain," ucap Ibar.
Terkait transparansi, produsen didesak untuk memberikan data jumlah sampah yang mereka produksi, berapa persen yang kembali diserap, dan berapa yang didaur ulang.
Baca juga: 6 Cara Kreatif Daur Ulang Botol Plastik di Rumah
Sejauh ini, Ibar menuturkan belum ada perusahaan yang menyampaikan laporan produksi plastik dan serapan kembali hingga didaur ulang.
"Sekarang beberapa produsen sudah punya program industri daur ulang. Mereka punya fasilitas daur ulang masing-masing," ucap Ibar.
"Tetapi, apakah mereka daur ulang kemasan sendiri atau yang random. Apakah mereka serap semua, mau kemasan mereknya siapa, produksinya siapa, mereka ambil semua dan daur ulang, kami belum tahu," sambungnya.
Baca juga: Bergantung Daur Ulang Saja Tak Cukup Atasi Sampah Plastik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya