Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/01/2024, 07:13 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, air mineral sudah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia.

Namun demikian, dari banyaknya produk-produk air mineral yang beredar di pasaran, World Health Organization (WHO) menetapkan sejumlah kriteria air mineral layak minum.

Dikutip dari laman resmi WHO, beberapa kriteria air mineral yang dikatakan aman dan baik bagi kesehatan di antaranya dilihat dari kandungan Total Dissolve Solid (TDS), sesuai standar (di Indonesia SNI), dan kandungan pH pada air mineral.

TDS merupakan jumlah zat padat terlarut yang terkandung pada air mineral biasanya berupa natrium, kalsium, magnesium, dan lain sebagainya.

Baca juga: Pemkab Subang Gandeng PDAM dan Aqua Alirkan Air Bersih untuk Warga

Berikut standar kandungan TDS  dalam air mineral menurut WHO:

  • TDS 0

Air mineral dengan TDS 0 tidak baik untuk dikonsumsi secara rutin. Hal ini karena air tersebut dapat memicu gangguan pada tubuh, seperti sembelit, gangguan fungsi saraf, dan sesak napas.

  • TDS kurang dari 300 miligram/liter (mg/l)

Air mineral dengan TDS kurang dari 300 mg/l dikategorikan sebagai air yang baik sekali. Air dengan TDS rendah ini bisa dikonsumsi secara terus-menerus.

  • TDS 300−600 mg/l

Air mineral yang berkategori baik memiliki kandungan TDS sebesar 300−600 mg/l. Air jenis ini masih aman untuk dikonsumsi.

  • TDS 600−900 mg/l

Air dengan TDS 600−900 mg/l masih bisa diminum karena masih aman dan rasanya tetap enak.

  • TDS 900−1.200 mg/l

Air dengan TDS antara 900 hingga 1.200 mg/l tidak layak dikonsumsi karena rasanya kurang enak.

  • TDS lebih dari 1.200 mg/l

Air dengan TDS lebih dari 1.200 mg/l memiliki rasa yang tidak enak. Selain itu, air ini berbahaya untuk dikonsumsi.

Sementara, kandungan mineral dalam air tidak akan berdampak buruk terhadap kesehatan asalkan air masih dikategorikan tawar. Adapun kriteria air mineral dari sisi tingkat keasamannya (pH) adalah:

  • pH 0 sampai 6,9

Air dengan pH 0 sampai 6,9 termasuk ber-pH rendah. Air ini mengandung asam sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.

  • pH 7,0

Kandungan pH air minum yang umum dikonsumsi adalah sebesar 7,0. Air yang memiliki pH sebesar 7,0 termasuk air netral.

  • pH di atas 7,1

Air ber-pH di atas 7,1 mengandung basa. Air yang termasuk ber-pH tinggi ini baik untuk kesehatan tubuh. Namun, air ini tidak untuk penggunaan sehari-hari sepanjang waktu. Sebab, pH yang terlalu tinggi bisa menimbulkan risiko gangguan pencernaan dan gangguan pH dalam darah.

Apabila dikonsumsi sesekali atau bergantian dengan air mineral ber-pH netral, kemungkinan risiko tersebut bisa dihindari.

Salah satu produsen air mineral siap minum, VIT, mengeklaim punya TDS 178 mg/l dan PH 6 – 8,5. Ini artinya, jika merujuk kriteria WHO, dikategorikan sebagai air yang baik.

Dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (22/1/2024), air mineral bisa dikonsumsi secara terus-menerus, jika  telah melalui beberapa tahap pengujian.

Tahap pengujian tersebut yakni uji fisika, kimia, dan mikrobiologi. Ketiga tahapan pengujian ini menjamin kualitas air mineral bebas dari zat berbahaya.

Faktor lain yang membuat air mineral layak minum adalah proses pengemasan dan filtrasi dengan teknologi dan pengawasan mutu yang ketat.

"Di setiap pabrik, juga harus menerapkan standar Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), serta sudah diberi sertifikat SNI oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," tuntas manajemen.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau