KOMPAS.com - Persoalan sampah masih menjadi permasalahan besar yang ditangani banyak daerah di Indonesia. Seringkali sampah menumpuk dan dibiarkan di lahan terbuka.
Namun, ada suatu daerah yang melakukan pengelolaan sampah hingga tidak dibiarkan ditumpuk di ruang terbuka, dan malah menghasilkan keuntungan besar. Daerah tersebut adalah Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah.
Dikutip dari Kompas.id (15/2/2023), Bupati Banyumas (periode 2018-2023) Achmad Husein bersama jajaran pemerintahan dan masyarakat memang menerapkan pengelolaan sampah mulai dari hulu, tengah, hingga hilir.
Menurutnya, di daerah Banyumas sudah tidak ada lagi landfill atau tempat pembuangan akhir (TPA) yang beroperasi. Lantas, di mana sampah-sampah diolah?
Mereka dikumpulkan di setiap tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) atau hanggar-hanggar sampah di setiap kecamatan.
Baca juga: Banyuwangi Susun Masterplan Pengelolaan Sampah untuk 20 Tahun
Dengan demikian, sampah yang ada di Banyumas hanya diolah di enam TPST dan sebuah Tempat Pemrosesan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE). Dengan 29 kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebagai pengelola.
”Sampai saat ini ada 29 KSM dengan tenaga kerja 1.200 orang. Ini di tengah-tengah dan di sini kunci pengolahan sampah Banyumas. Semuanya hidup dan mendapatkan keuntungan,” kata Husein, dikutip dari Kompas.id.
Sampah organik dijadikan kompos dan pakan magot. Botol plastik bekas juga dijual kembali untuk didaur ulang. Untuk magot, di Banyumas per hari sudah bisa memproduksi 3,5 ton magot.
Dari KSM ini, sampah yang tersisa sekitar 9 persen baru masuk ke TPABLE, yaitu Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Berbasis Lingkungan dan Edukasi.
Di sini sampah anorganik diolah menjadi refused derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar pengganti batu bara untuk pabrik, sekaligus juga bisa dijadikan sebagai paving block plastik.
Achmad Husein mengatakan, pengelolaan sampah mulai dari hulu, tengah, hingga hilir ini pada prinsipnya harus memberikan keuntungan atau ada pembeli.
"Bahkan salah satu TPST yaitu KSM Randu Makmur mengaku dapat meraup omzet hingga Rp 140 juta per bulan," ujarnya.
Baca juga:
Proses pengolahan sampah ini tidak hanya menjadikan sampah lebih bernilai, namun juga memberikan kesempatan pada 1sekitar 1.200 tenaga kerja setempat.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati menyampaikan, upaya pengelolaan sampah di Banyumas dapat menjadi contoh baik yang bisa diterapkan di berbagai tempat.
Oleh karena itu, Husein beberapa kali mendapat tugas dari kementerian untuk berbagi kisah dan usahanya dalam mengelola sampah. Sejumlah pemerintah kabupaten juga pernah studi banding ke Banyumas untuk belajar tentang sampah.
Inovasi banyumas ini juga menjadi percontohan oleh 13 kota di ASEAN, serta mendapatkan apresiasi dari UNCDF (United Nation Capital Development Fund).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya