Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Bahan bakar fosil dinilai sudah menjadi energi di masa lampau yang seharusnya sudah ditinggalkan.

Sekarang, saatnya memaksimalkan teknologi yang ada untuk menuju dunia yang lebih hijau dan bersih.

Hal tersebut disampaikan profesor sistem bumi dari University College London (UCL) Mark Maslin dalam wawancaranya kepada The Guardian.

Baca juga: Pensiun Dini PLTU Berdampak Positif Bila Diganti Energi Terbarukan

Menurut Maslin, bahan bakar fosil adalah teknologi abad ke-19 dan 20. Padahal, kemajuan teknologi saat ini sudah sangat luar biasa.

Maslin menuturkan, manusia memiliki semua teknologi yang dibutuhkan untuk menjadi lebih bersih dan terbarukan.

"Oleh karena itu, mengapa kita tidak memasuki abad ke-21 dan memperbaiki keadaan?" kata Maslin sebagaimana dilansir The Guardian, Minggu (28/1/2024).

Pembakaran bahan bakar fosil merupakan kontributor utama pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Baca juga: Potensi Energi Terbarukan di Papua

Maslin menyampaikan, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan secara masif.

Selain dapat mengurangi emisi, energi terbarukan juga dapat mencegah udara memburuk, yang berimplikasi pada kesehatan orang-orang di sekitarnya.

Diberitakan Kompas.com tahun lalu, emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil pada 2023 diperkirakan mencapai rekor tertingginya yakni 36,8 miliar ton.

Angka tersebut meningkat 1,1 persen dibandingkan tingkat tahun 2022 dan 1,4 persen di atas tingkat sebelum pandemi, menurut data awal.

Baca juga: Dukung Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan, Garudafood Bangun PLTS Atap di Sumedang

Ditambah dengan emisi yang berasal dari alih fungsi lahan, seperti deforestasi, total emisi karbon dioksida global kemungkinan akan mencapai 40,9 miliar ton.

Di sisi lain, Maslin masih optimistis bahwa pengembangan teknologi bersih berada di jalur yang tepat.

"Semua statistik menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa: kita memiliki pertumbuhan eksponensial pada baterai tenaga surya, angin, dan kendaraan listrik, yang semuanya luar biasa," ucap Maslin.

Dia menambahkan, negara-negara di dunia juga sudah berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon atau net zero emission (NZE).

"Kita sedang bertransisi dari bahan bakar fosil. Seharusnya 30 tahun yang lalu, tapi baru jerjadi sekarang. Sinyalnya bagus, tapi kita harus melakukannya lebih cepat," Jelas Maslin.

Baca juga: Potensi Energi Terbarukan Maluku Utara

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau