Jika biasanya gunungan berisi hasil bumi, gunungan pada tradisi Grebeg Sudiro yang telah digelar sejak 2007 tersebut berisi kue keranjang, makanan khas dalam tradisi Imlek.
Terdapat pula gunungan kecil yang berisi kue tradisional lain mulai dari cakwe, bakpao, onde-onde, janglut, gembukan, keleman, dan lain sebagainya, yang kemudian dibagi-bagikan juga kepada para penonton.
Gunungan-gunungan itu diarak bersamaan dengan parade kesenian budaya Tionghoa dan budaya Jawa. Warga lokal Sudiroprajan sendiri seringkali menampilkan atraksi liong dan barongsai.
Yuni merasa, perayaan Imlek sudah melekat menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Solo.
“Imlek di Solo itu bisa menjadi bukti bahwa dua budaya dapat melebur menjadi sebuah tradisi yang indah serta sebagai simbol keberagaman yang kuat,” ucap perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai guru TK itu.
Pada tahun ini, Grebeg Sudiro pun masih konsisten berpedoman dengan tema besar akulturasi dan kebhinekaan.
Grebeg Sudiro 2024 yakni mengusung tema “Bersatu dalam Kebhinekaan”.
Warga Kelurahan Semanggi, Lilik Ruly Wiyati (47), mengaku bangga dengan pelaksanaan perayaan Imlek di Solo. Sebab, ia merasa, semakin ke sini, acara itu kian meriah dan menarik perhatian lebih banyak orang.
“Harapannya Solo semakin dikenal sebagai kota yang menunjung kebhinekaan dan berbudaya,” tuturnya.
Baca juga: Kue Keranjang Khas Imlek, Kandungan Gizi dan Risiko Makan Terlalu Banyak
Saat diwawancara, Ketua Panitia Imlek Bersama Kota Solo, Sumartono Hadinoto, menjelaskan bahwa perayaan Imlek adalah perayaan tahun baru dalam penanggalan China berdasarkan peredaran bulan (sistem lunar), yang berkaitan dengan pesta menyambut musim semi atau disebut juga Sin Cia.
Ia bersyukur dalam perjalananya, perayaan Imlek di Solo tidak lagi hanya disambut antusias oleh warga China, melainkan juga masyarakat secara umum.
Menurut Sumartono, perayaan imlek di Kota Bengawan bahkan telah berkembang menjadi jujugan atau tujuan wisata masyarakat Indonesia.
“Perayaan Imlek di Solo menjadi langkah untuk merajut kebhinnekaan dan membranding Solo sebagai kota majemuk dan sangat nyaman untuk disinggahi. Kami ingin menunjukkan Solo sebagai kota dengan toleransi yang tinggi,” ucapnya pada Jumat (9/2/2024).
Sumartono menyampaikan, kemeriahan perayaan Imlek di Kota Solo tahun ini telah dimulai sejak 25 Januari lalu dengan pemasangan sekitar 5.000 lampion di sepanjang Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Urip Sumoharjo.
Setelah itu, ada rangkaian Grebeg Sudiro dari Kelurahan Sudiroprajan yang diadakan pada 27 Januari-10 Februari, bakti sosial donor darah pada 6 Februari, aksi bersih-bersih fasilitas umum oleh warga etnis Tionghoa pada 9 Februari, pesta kembang api pada 9 Februari, kirab barongsai pada 24 Februari, dan perayaan Cap Go Meh di Balai Kota Solo pada 25 Februari.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya