Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Perubahan Iklim, Fisika, dan Darurat Fikih Lingkungan

Kompas.com, 28 Februari 2024, 15:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Manabe dan Hasselmann melanjutkan legacy yang telah didedikasikan oleh pendahulu mereka. Pada 1960, dia menjadi orang pertama yang mempelajari bagaimana keseimbangan energi yang diserap dan dipancarkan bumi, berinteraksi dengan massa udara yang bergerak secara vertikal di lapisan atmosfer.

Satu dasawarsa berikutnya, Hasselmann menciptakan model yang menghubungkan iklim dan cuaca, serta mengidentifikasi sinyal dan jejak yang dihasilkan oleh fenomena alam dan aktivitas manusia dalam data iklim.

Teknik inilah yang digunakan untuk membuktikan bahwa peningkatan temperatur atmosfer merupakan akibat dari emisi karbon yang dihasilkan oleh manusia.

Di antara penjelasan para fisikawan tersebut, satu hal yang mendasar bahwa sirkulasi radiasi panas di udara tetap patuh pada Hukum Termodinamika Kedua.

Bumi dapat dipandang sebagai heat engine raksasa yang menggerakkan sirkulasi udara di atmosfer, sebagaimana pendekatan Mesin Carnot pada model termodinamika sederhana.

Pertanyaan berikutnya ialah bagaimana menekan laju entropi yang terus meningkat akibat global warming agar tetap sustain demi keberlangsungan hidup umat manusia. Di situlah letak krusial serta kondisi darurat yang perlu diperhatikan penduduk planet ini.

Masalahnya, pembuktian ilmiah akan kebenaran perubahan iklim belum cukup diterima oleh sebagian orang.

Kesadaran kolektif terhadap urgensi dari permasalahan iklim perlu didekati dari pendekatan lain, yaitu dari sisi moral spiritual atau nilai-nilai agama.

Menurut Emile Durkheim (1995), sebagai sistem sosial, agama dipandang sebagai sistem nilai yang berperan dalam memberikan kontrol sosial. Agama menjadi basis nilai moralitas yang membuat masyarakat bisa berfungsi dan menghindari chaos.

Pada gilirannya, agama memenuhi kebutuhan riil masyarakat dan kemudian mampu mengonversi nilai ketuhanan menjadi kemaslahatan universal.

Dalam konteks Indonesia dengan mayoritas Muslim, umat Islam seharusnya menyadari bahwa mereka menjadi bagian dari entitas penduduk bumi yang sangat terdampak krisis lingkungan.

Naiknya air rob di kota-kota pesisir di Indonesia dan banjir yang menghajar negara-negara seperti Bangladesh adalah contoh dari betapa dirugikannya umat Islam akibat alam yang semakin tidak kondusif.

Termasuk kekeringan di negara-negara sub Sahara, serta konflik akibat perebutan sumber daya alam dan krisis air di negara-negara timur tengah.

Beberapa penyelidikan mengungkap bahwa dalam konflik Palestina-Israel ada yang terkait dengan global warming. Terdapat alasan lingkungan yang membuat Israel bersikukuh memperebutkan daratan tinggi Golan karena terkait suplai air baku di kawasan itu.

Di Afrika, perang saudara di Darfur yang meletus dua dekade silam juga dipicu perubahan iklim sehingga oleh pengamat disebut sebagai "the first climate change conflict".

Contoh lain krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar yang menimpa etnis muslim Rohingya. Hasil investigasi menguak adanya permasalahan keadilan lingkungan (environmental justice) yang pada akhirnya memaksa etnis Rohingya terusir dari tempat tinggalnya.

Sesuai dengan karakter agama yang universal dan moderat, Islam memiliki perspektif sendiri dalam melihat lingkungan.

Perhatian seorang Muslim terhadap lingkungan berangkat dari pesan teologis dari Al Qur’an surat Ar Rum ayat 41, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia”.

Begitu pula tuntunan Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana umat Islam seharusnya menjadi pihak yang terdepan dalam urusan lingkungan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau