KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan bila populasi amfibi menurun.
Direktur Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati (SKIKH) BRIN Amir Hamidy mengatakan, pembiaran penurunan populasi amfibi akan mengakibatkan kepunahan spesies amfibi tertentu yang berdampak bagi manusia.
Selama ini, amfibi berperan sebagai pengendali populasi serangga. Bila amfibi punah, populasi serangga bakal naik. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada kesehatan manusia dan kegagalan panen pertanian.
Baca juga: 40,7 Persen Spesies Amfibi Terancam Punah karena Perubahan Iklim
“Kondisi ini tentu perlu mendapat perhatian. Diperlukan mekanisme untuk penilaian sistematis terhadap risiko kepunahan spesies secara berkala untuk memberikan informasi terkini terkait penentuan prioritas, perencanaan dan pemantauan tindakan konservasi,” ujar Amir dilansir dari situs web BRIN, Jumat (22/3/2024).
Menurut laporan Global Amphibian Assessment (GAA1), ada 8.011 jenis amfibi di dunia yang masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Penyebab terbesar penurunan populasi global amfibi diakibatkan oleh kerusakan habitat akibat aktivitas pertanian, sehingga 77 persen spesies terkena dampak.
Temuan tersebut didapatkan Amir berdasarkan penelitian yang dia lakukan bersama tim dan telah diterbitkan di jurnal Nature pada 1 Desember 2023.
Baca juga: Peneliti Temukan Amfibi yang Hasilkan Susu untuk Anaknya
Faktor lain yang turut menjadi penyebabnya adalah aktivitas pemanenan kayu dan tanaman sebesar 53 persen dan pembangunan infrastruktur sebanyak 40 persen.
Selain itu, perubahan iklim dan penyakit juga berkontribusi terhadap tren penurunan populasi amfibi secara global masing-masing sebesar 29 persen.
“Tercatat, sebelum tahun 2004 penurunan populasi amfibi sekitar 90 persen disebabkan oleh penyakit dan kehilangan habitat. Namun, saat ini perubahan iklim juga menyebabkan penurunan populasi amfibi,” ungkap Amir.
Dia menambahkan, jumlah amfibi punah yang terdokumentasikan terus bertambah, yakni 23 jenis pada pada 1980, 10 jenis pada 2004, dan empat jenis punah pada 2022. Sehingga jumlah jenis amfibi yang punah secara global tercatat sebanyak 37 jenis.
Baca juga: Amfibi, Hewan dengan Tiga Ruang Jantung
Amir menuturkan, saat ini konsentrasi terbesar spesies amfibi yang terancam berada di Kepulauan Karibia, Mesoamerika, Andes Tropis, pegunungan dan hutan di Kamerun Barat dan Nigeria Timur, Madagaskar, Ghats Barat, serta Sri Lanka.
Tak hanya itu, spesies lainnya yang terdapat di Hutan Atlantik Brasil bagian selatan, Pegunungan Busur Timur Tanzania, China tengah dan selatan, serta Pegunungan Annamite bagian selatan Vietnam juga mengalami hal serupa.
“Untuk mengatasi ancaman tersebut, diperlukan beberapa upaya konservasi tertentu untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap spesies tertentu, khususnya untuk spesies yang diidentifikasi mempunyai risiko serius mengalami penurunan populasi,” papar Amir.
Studi yang dilakukan Amir menyarankan perlunya prioritas konservasi amfibi untuk perlindungan habitat yang efektif, karena akan berkontribusi terhadap jumlah perbaikan terbesar sejak tahun 1980.
Baca juga: Populasi Amfibi Dilaporkan Menurun Secara Mengejutkan, Kok Bisa?
Upaya konservasi juga dapat dilakukan dengan mengintegrasikan tindakan ex situ terutama untuk 798 spesies terancam punah yang ada di lokasi risiko kepunahan tertinggi.
“Amfibi tidak seperti hewan lainnya, ia bernapas melalui sebagian kulitnya. Kondisi tersebut menjadikan mereka jauh lebih sensitif terhadap faktor lingkungan,seperti penyakit, polusi, bahan kimia beracun, radiasi ultraviolet, perubahan iklim dan perusakan habitat,” imbuh Amir.
Untuk menghadapi ancaman eksplotasi lahan dalam bentuk perluasan pertanian dan peternakan perlu dilakukan perlindungan situs penting secara global bagi amfibi, termasuk Situs Alliance for Zero Extinction dan Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama.
Upaya ini dilakukan untuk menjaga habitat yang tersisa bagi spesies yang terancam atau terbatas secara geografis.
Baca juga: Seperti Apa Amfibi Purba yang Berenang Mirip Buaya pada 250 Juta Tahun Lalu?
Sedangkan untuk menghindari pandemi amfibi global gelombang kedua akibat jamur Batrachochytrium dendrobatidis dan B salamandrivorans, perlu dikembangkan manajemen penyakit yang praktis.
“Kemauan politik (political will) dan komitmen dari pihak terkait serta peningkatan investasi juga sangat diperlukan untuk membalikkan tren populasi amfibi yang terus menurun,” ujar Amir.
Target konservasi keanekaragaman hayati diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka di masa depan.
Defisiensi data terhadap 909 spesies masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kepunahan risiko dan kebutuhan konservasinya.
Baca juga: Penurunan Populasi Amfibi Sebabkan Peningkatan Kasus Malaria
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya