Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/03/2024, 16:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan membentuk tim evaluasi penurunan emisi gas rumah kaca pada program Indonesia Forestry and Other Land Use Net Sink (IFNET) 2030 dan Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD+).

Menurut Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel Fathimatuzzahra, tim evaluasi ini dibentuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program IFNET 2030 dan REDD+ di provinsi tersebut.

Sebagai informasi, ia menjelaskan, program IFNET 2030 merupakan upaya menahan kenaikan laju suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius. Serta menjadi panduan Indonesia dalam melakukan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Baca juga: Emisi Metana Tambang Batu Bara RI Terindikasi Lebih Tinggi dari Data Resmi

Fathimatuzzahra berharap, dari pembentukan tim evaluasi ini dapat berkomitmen dan transparan dalam melaporkan hasil kegiatan monitoringnya.

"Kita ingin program IFNET 2030 dan REDD+ dapat berjalan sukses sesuai target yang telah ditetapkan," ujar Fathimatuzzahra, dilansir dari Antara, Rabu (27/3/2024). 

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Adapun program untuk mengendalikan perubahan iklim yang kian cepat akibat emisi karbon, pencemaran lingkungan, penebangan pohon, serta kebakaran hutan dan lahan ini sudah digalakkan di Kalsel sejak 2022.

Sedangkan program REDD+ adalah pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang.

Tanda "+" berarti kegiatan tambahan terkait hutan yang melindungi iklim, yaitu pengelolaan hutan berkelanjutan dan konservasi serta peningkatan stok karbon hutan.

Program Revolusi Hijau

Di Provinsi Kalsel sendiri, program ini telah diimplementasikan dengan digaungkannya "Revolusi Hijau" yang digagas Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor sejak 2017 hingga saat ini.

Program Revolusi Hijau ditandai dengan gerakan "menanam, menanam, dan menanam untuk anak cucu nantinya" guna menangani lahan kritis.

Baca juga: Sinarmas Land dan IABHI Gaungkan Bangunan Tanpa Emisi Karbon

Untuk mengetahui kemajuan kedua program tersebut, kata Fathimatuzzahra, tim evaluasi dibentuk melibatkan para pejabat struktural di lingkup Dishut Provinsi Kalsel sebagai penanggung jawab keberhasilan program IFNET 2030 dan REDD+.

"Sehingga tim evaluasi nantinya bertugas melaksanakan monitoring langsung ke lapangan dalam pengecekan tanaman awal (P0) hingga penilaian keberhasilan tanaman," terangnya. 

Ia juga menyebutkan, IFNET 2030 merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam mengatasi krisis iklim dengan penurunan emisi gas rumah kaca bagi dunia internasional, khususnya dalam mencapai net zero emissions (nol emisi karbon) pada 2060.

Penurunan emisi gas rumah kaca melalui penanaman Revolusi Hijau Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor sudah dilakukan pada lahan kritis dengan target 22.000 hektar selama satu tahun.

"Ini terus didukung persetujuan penggunaan kawasan hutan (PPKH), perizinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH), komunitas pecinta lingkungan, perhutanan sosial dan ASN menanam," pungkas Fathimatuzzahra.

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau