KOMPAS.com - Sekitar 45 juta anak-anak di Afrika bagian timur dan selatan menghadapi ancaman kerawanan pangan yang parah. Kondisi tersebut diperburuk oleh perubahan iklim.
Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNICEF bahkan menyebut situasi anak-anak di "Benua Hitam" tersebut sangat mengerikan.
Penasihat nutrisi UNICEF di Afrika bagian timur dan selatan Christiane Rudert mengatakan, banyak negara di kawasan itu mempunyai tingkat stunting atau malnutrisi akut pada anak yang sangat tinggi.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Inflasi Semakin Menggila
Dia mengatakan, situasi di sana semakin buruk karena pola cuaca ekstrem, seperti gelombang panas berkepanjangan dan kekeringan, yang terkait dengan perubahan iklim.
"Contohnya, di Malawi, yang terkena dampak fenomena El Nino saat ini, data dari program gizi menunjukkan memburuknya status gizi anak-anak dan meningkatnya kasus malnutrisi akut," kata Rudert, sebagaimana dilansir VOA, Selasa (26/3/2024).
Dia menambahkan, hampir separuh dari 21 negara di wilayah tersebut berada pada risiko tertinggi terhadap dampak perubahan iklim terhadap anak-anak.
Penasihat pendidikan regional UNICEF untuk Afrika bagian timur dan selatan Wongani Grace Taulo mengatakan, lembaga tersebut berupaya membantu anak-anak dan keluarga mereka mempelajari cara-cara mengatasi perubahan iklim melalui sekolah.
Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Ribuan Hektare Sawah Kekeringan, Setara 2.088 Lapangan Sepak Bola
Dia menyampaikan, UNICEF bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya pemerintah, badan-badan PBB lain, masyarakat sipil, dan komunitas untuk mengintegrasikan pendidikan iklim ke dalam sistem pendidikan di sana.
"Khususnya di bidang infrastruktur, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan limbah," kata Taulo.
Taulo mencontohkan Zimbabwe di mana UNICEF bekerja sama dengan pemerintah dalam inisiatif sekolah hijau bersih.
Di negara tersebut, seluruh aspek strategi perubahan iklim diintegrasikan ke dalam cara penyampaian pendidikan dari sekolah ke masyarakat.
"Dan menciptakan ekosistem yang mampu mengatasi dampak perubahan iklim," jelas Taulo.
Baca juga: Perubahan Iklim Biang Keladi Merebaknya Wabah Kolera
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, anak-anak di Afrika menjadi kelompok yang paling berisiko terkena dampak dari perubahan iklim.
Mereka perlu dukungan untuk beradaptasi, bertahan hidup, dan merespons krisis iklim. Sayangnya, mereka diabaikan oleh oleh aliran pendanaan iklim global.
Menurut laporan UNICEF pada September 2023, anak-anak di 48 dari 49 negara Afrika masuk kategori berisiko tinggi atau sangat tinggi akibat perubahan iklim.
Baca juga: Langkah Peternak Belgia Seret Perusahaan Migas ke Meja Hijau karena Perubahan Iklim
Analisis tersebut didasarkan pada dampak yang diterima anak dari iklim dan lingkungan, seperti bencana, serta kerentanan mereka terhadap guncangan tersebut berdasarkan akses ke layanan dasar.
Anak-anak yang tinggal di Republik Afrika Tengah, Chad, Nigeria, Guinea, Somalia, dan Guinea-Bissau adalah kelompok yang paling berisiko.
Laporan tersebut juga mengkaji aliran dana iklim multilateral. Menurut kajian, hanya 2,4 persen dari pendanaan iklim global yang dapat diklasifikasikan dapat mendukung kegiatan responsif anak. Nilai rata-ratanya hanya 71 juta dollar AS per tahun.
"Anggota termuda masyarakat Afrika menanggung beban paling berat akibat dampak buruk perubahan iklim," kata Wakil Direktur UNICEF wilayah Afrika timur dan selatan Lieke van de Wiel dilansir dari siaran pers.
Baca juga: Dunia di Ambang Pemutihan Terumbu Karang Massal Keempat karena Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya