KOMPAS.com - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyoroti peran penting keberadaan ekonomi perawatan dan pekerjanya.
Hal ini dinilai sebagai sistem pendukung untuk rumah tangga dan agar ekosistem ekonomi secara umum dapat bertumbuh dengan optimal.
Staf Ahli Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Bidang Ekonomi Aris Wahyudi menyebutkan kerja perawatan dan pengasuhan pada umumnya dilakukan oleh perempuan.
Sektor ini sering dipandang sebelah mata sebagai pekerjaan yang tidak berkontribusi besar terhadap ekonomi.
Baca juga: Pekerjaan Hijau Jadi Peluang Lulusan Sekolah Vokasi
"Kerja perawatan ini tidak hanya tentang memberikan layanan perawatan fisik tetapi juga memberikan pengakuan dan nilai pada pekerjaan kerumahtanggaan, perawatan anak, perawatan lansia dan pekerjaan perawatan lainnya yang sering diabaikan dalam perhitungan ekonomi tradisional," ujar Aris.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara peluncuran Peta Jalan Ekonomi Perawatan di Jakarta, Kamis (28/3/2024) lalu.
"Padahal, mereka (pekerja perawatan) punya peran sebagai sistem pendukung penting agar rumah tangga, relasi sosial, dan perekonomian dapat bertumbuh kembang dengan optimal," imbuhnya.
Peta Jalan Ekonomi Perawatan 2025-2045 yang diluncurkan pada Kamis (28/3/2024), diharapkan dapat menjadi panduan pemangku kepentingan lintas sektor untuk memperkuat kebijakan dan regulasi, serta memperbaiki akses layanan perawatan berkualitas.
"Dokumen peta jalan itu juga diharapkan dapat menutup kesenjangan gender dan mewujudkan pemberdayaan perempuan, mengingat sektor perawatan masih didominasi oleh perempuan," ujarnya.
Baca juga: Ini 3 Posisi Pekerjaan Dunia Startup yang Banyak Dicari di Indonesia
Sektor itu sendiri memiliki potensi, dengan data ILO memperlihatkan investasi pengasuhan anak universal dan layanan pengasuhan jangka panjang di Indonesia dapat menciptakan hampir 10,4 juta pekerjaan pada 2035.
"Data yang ada, dua pertiga dari pekerjaan perawatan dilakukan oleh perempuan dapat dipandang sebagai landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Bukan saja dari sisi ekonomi tapi juga bagi keberlanjutan generasi dan sosial," tutur Aris.
Menurutnya, Peta Jalan Ekonomi Perawatan atau Road Map Care Economy diperlukan untuk mempersiapkan Indonesia Emas pada 2045.
Peta jalan itu meliputi tujuh prioritas yang terkait dengan berbagai pekerjaan perawatan. Di antaranya, mengembangkan pelayanan pengasuhan dan pendidikan anak usia dini yang mudah diakses, terjangkau, dan berkualitas.
Baca juga: Pembangunan Rendah Karbon Bisa Ciptakan 15,3 Juta Pekerjaan Hijau
Prioritas lainnya, memperkuat layanan perawatan orang lanjut usia dan perawatan jangka panjang.
Terdapat pula prioritas untuk meningkatkan layanan inklusif dan terpadu bagi penyandang disabilitas, orang HIV, orang berkebutuhan khusus, penyintas kekerasan, dan kelompok rentan lain.
Selain itu, diperlukan peningkatan akses yang lebih besar pada cuti hamil, memperbanyak keterlibatan laki-laki, termasuk cuti ayah, mengakui pekerjaan layak bagi pekerja perawatan, dan menerapkan program perlindungan sosial untuk ekonomi perawatan.
Sementara itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyebut Peta Jalan Ekonomi Perawatan sebagai upaya konkrit untuk memajukan peran perempuan dan melindungi hak-hak anak di ranah ekonomi.
"Dokumen Peta Jalan Ekonomi Perawatan menjadi komitmen bersama dalam merumuskan strategi konkrit untuk memajukan peran perempuan dan melindungi hak-hak anak di ranah ekonomi," kata Menteri PPPA Bintang Puspayoga.
Pihaknya juga berharap melalui peta jalan ini, terwujud berbagai kebijakan strategis, program, hingga inisiatif di akar rumput yang makin memperkuat dukungan dari care economy.
Baca juga: Daftar Indikator Tujuan 8 SDGs Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
"Melalui peta jalan ini, kami berharap di masa datang segera tercipta lingkungan kerja yang mendukung, memberdayakan, dan melindungi perempuan, dan anak-anak sehingga mereka dapat meraih potensi penuh mereka dalam ekonomi yang berkembang begitu pesat," imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 2023, terdapat kesenjangan tingkat partisipasi angkatan kerja antara perempuan dan laki-laki sebesar 30 persen.
Tingginya kesenjangan ini menjadi tantangan dalam meningkatkan angka partisipasi angkatan kerja perempuan yang ditargetkan mencapai 55 persen pada tahun 2024.
Bintang mengatakan, kerja perawatan dapat menciptakan banyak lapangan kerja baru serta diyakini mampu mengurangi kesenjangan gender yang ada saat ini.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya