KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Suci Fitriya Tanjung menyampaikan, generasi muda saat ini, dan dalam 30 hingga 50 tahun mendatang, memiliki 2-7 kali lipat dampak dari krisis iklim dari yang terjadi saat ini.
Oleh karena itu, untuk mencapai keadilan iklim pada masa mendatang, perlu adanya keterlibatan para generasi muda.
“Kalau ingin mewujudkan keadilan iklim antar generasi, memang harus dilibatkan semuanya termasuk Gen Z," terang Suci, dalam talkshow Green Ramadan yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Selasa (2/4/2024).
Beberapa tahun terakhir, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya juga turun langsung dalam mengkader generasi muda untuk menjadi pemimpin hijau di masa depan.
Dirinya mengakui potensi sangat besar yang dimiliki oleh para generasi muda Indonesia dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Baca juga: Gen Z dan Milenial Desak Pemerintah Segera Transisi ke Ekonomi Hijau
Menurutnya, statistik menunjukkan bahwa generasi milenial dan Gen Z memiliki idealisme, mobilitas tinggi, kepedulian sosial, inovasi, dan kreativitas yang dapat menjadi modal untuk menyelamatkan lingkungan.
"Survei terbaru menunjukkan bahwa Gen Z telah menyadari serius akan isu perubahan iklim dan bersedia bertanggung jawab serta mendukung produk ramah lingkungan," ujarnya.
Sudi juga menilai keterlibatan Gen Z dalam mencapai target-target net zero emission (nol emisi) menunjukkan komitmen mereka dalam upaya mitigasi iklim.
"Langkah-langkah nyata seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai hingga mendukung inisiatif lingkungan berkelanjutan menjadi langkah awal yang diambil oleh generasi muda Indonesia," imbuh Suci.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Subdirektorat Pemantauan Pelaksanaan Mitigasi, Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim, KLHK Franky Zamzani menyampaikan bahwa aksi mitigasi diperlukan dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
"Jadi, semua aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi emisi GRK disebut aksi mitigasi, karena iklim disini berhubungan dengan kenaikan suhu bumi," terang Franky.
Untuk mencapai target di tahun 2030, Franky menyatakan perlunya pelibatan seluruh pemangku kepentingan dari semua kalangan, termasuk para generasi muda.
“Makanya kita perlu keterlibatan Gen-Z, karena ketika bicarakan isu iklim yang mana perlu berbuat sesuatu agar tidak menghasilkan emisi, maka tidak hanya negara saja yang melaksanakan, atau private sector saja, atau masyarakat di daerah saja, tapi semua dilibatkan termasuk Gen Z," tutur Franky.
Baca juga: Bukan Hanya Pemerintah, Generasi Muda Perlu Dilibatkan dalam Transisi Energi
Indonesia, sebagai salah satu negara yang terkena dampak langsung dari perubahan iklim, kata dia, telah memimpin dengan contoh dalam upaya mitigasi dan adaptasi.
Menurut Franky, melalui komitmen yang kuat dalam mengendalikan perubahan iklim, Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi GRK dan memperkuat keberlanjutan lingkungan.
Adapun dalam agenda Green Ramadan, KLHK mengajak para generasi muda yang tergabung dalam Green Leaders Indonesia (GLI), Green Youth Movement (GYM) dan Green Ambassador untuk hadir langsung berdiskusi dalam membicarakan isu lingkungan dan perubahan iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya