KOMPAS.com – Indonesia ada di peringkat ke-69 dari 113 negara mengenai ketahanan pangan, menurut data Global Food Security Index (GFSI) 2022.
Indeks ini mengukur ketahanan pangan berdasarkan keterjangkauan harga pangan, ketersediaan pasokan, kualitas nutrisi dan keamanan makanan, serta ketahanan sumber daya alam.
Sementara itu, dalam Global Hunger Index (GHI) 2023, tingkat kelaparan Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di Asia Tenggara, yaitu di angka 17,6 dan masuk kategori kelaparan “sedang”.
Baca juga: Patogen Tular Tanah Jadi Masalah bagi Jagung, Bisa Pengaruhi Ketahanan Pangan
Meski angka kelaparan di Indonesia sudah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, masih banyak pekerjaan rumah dan upaya yang perlu dilakukan, demi mencapai ketahanan pangan yang optimal.
Terkait hal tersebut, Bank DBS Indonesia selama beberapa tahun terakhir berkontribusi mengembangkan ketahanan pangan, salah satunya melalui program People of Purpose(PoP), yang merupakan kegiatan sukarelawan oleh karyawan.
Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, program PoP tak hanya membantu mengurangi jumlah makanan terbuang sia-sia, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Monika menyebut ada beberapa kegiatan yang dilakukan Bank DBS Indonesia untuk memerangi kelaparan dan membangun ketahanan pangan.
“Beberapa langkah ini untuk mengurangi sampah sisa makanan dan melestarikan lingkungan,” ujarnya, Minggu (21/4/2024).
Baca juga: Kodim Magetan-Dispertan Kolaborasi Dorong Produksi Tanaman Pangan
Selain upaya DBS, ia menyebut masyarakat juga dapat menjadikan beberapa langkah ini sebagai inspirasi.
Data Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sampah makanan pada bulan Ramadan umumnya meningkat 10-20 persen, dipicu oleh banyaknya konsumsi makanan saat buka puasa dan sahur.
Oleh karena itu, Bank DBS Indonesia menggandeng FoodCycle Indonesia dalam mengadakan kegiatan Ramadhan Food Donation. Gunanya agar makanan yang masih layak konsumsi diolah kembali dan didistribusikan kepada komunitas yang membutuhkan.
Kegiatan Ramadhan Food Donation diikuti oleh 775 karyawan Bank DBS Indonesia dan berhasil mengumpulkan 700 paket makanan, yang disalurkan ke 700 penerima manfaat di enam yayasan atau panti asuhan di kawasan Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan selama bulan Ramadan dan setelah Idul Fitri 1445H.
Baca juga: Diversifikasi Pangan, Tepung Sorgum Jadi Alternatif Substitusi Gandum
Kegiatan Ramadhan Food Donation juga berhasil menyelamatkan 750 kg food impact (makanan yang diselamatkan dan tidak berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Selanjutnya, Ramadhan Food Drive adalah program kunjungan ke yayasan setempat yang membutuhkan paket makanan, dengan melibatkan Surplus Foundation dan FoodCycle Indonesia.
Kerja sama dengan Surplus Foundation dalam mengelola stok makanan berlebih dari toko makanan berhasil membantu 400 penerima manfaat di Kampung Pemulung, Cilincing, dan Panti Al-Andalas, Jakarta Selatan untuk mendapatkan makanan layak dan berhasil menyelamatkan 385,5 kg food impact.
Kebiasaan membeli makanan kemasan lalu merasa waswas bila tanggal expired-nya sudah dekat dan akhirnya tidak jadi membeli, perlu diubah.
Sebab, pada kenyataannya, makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Kita hanya perlu merencanakan jadwal makan dengan baik agar habis bersamaan dengan tanggal kedaluwarsa.
Baca juga: Manfaat Teknologi Penginderaan Jauh, Dukung Ketahanan Pangan Nasional
Bank DBS Indonesia juga berupaya memerangi permasalahan tersebut dengan menginisiasi program Bread Sorting, yakni roti kemasan dipilah berdasarkan yang masih layak konsumsi serta yang sudah masuk masa kedaluwarsa.
Kegiatan ini berhasil menyelamatkan 1.221 kg roti yang disalurkan ke empat yayasan yang bekerja sama dengan FoodCycle Indonesia.
Pada tahun 2020, ada lebih dari 525.000 liter minyak jelantah terbuang setiap bulannya di Jakarta, berdasarkan temuan Beli Jelantah.
Minyak jelantah yang dibuang sembarangan akan diserap tanah lalu menyumbatnya. Ini menyebabkan tanah menjadi keras dan tingkat kesuburannya berkurang, sekaligus berpengaruh terhadap kualitas air tanah di dalamnya.
Bank DBS Indonesia juga mengajak karyawannya untuk berkontribusi mendonasikan minyak jelantah di rumah kepada Beli Jelantah dan Duitin.
Baca juga: 45 Juta Anak Afrika Rawan Pangan karena Perubahan Iklim
Minyak jelantah ini akan diserahkan kepada perusahaan biodiesel tersertifikasi untuk selanjutnya diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan.
Daur ulang minyak jelantah bukan hanya membantu mengurangi limbah dan pencemaran, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat, terutama di pedesaan.
Sejak awal kemitraannya pada 2023, Bank DBS Indonesia bersama Beli Jelantah dan Duitin berhasil mengolah 457 kg minyak jelantah untuk didaur ulang menjadi biodiesel.
Membangun ketahanan pangan juga bisa dimulai dari akarnya, untuk memenuhi ketersediaan pasokan dan memastikan kualitas nutrisi sekaligus keamanan makanan.
Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan adalah menanam benih. Bank DBS Indonesia melalui program PoP mengadakan aktivitas Gardening Seed Starting, berkolaborasi dengan Kebun Kumara.
Baca juga: 45 Juta Anak Afrika Rawan Pangan karena Perubahan Iklim
Melalui program ini, karyawan tidak hanya menanam benih caisim dan mint, tetapi juga akan belajar untuk mengelola sampah sisa makanan menjadi kompos untuk menyuburkan tanaman.
"Bank DBS Indonesia percaya bahwa kolaborasi, sinergi, dan aksi nyata menjadi kunci untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia,” ujar Monika.
Ke depan, Bank DBS Indonesia ingin dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk memulai gaya hidup yang berkelanjutan (sustainable lifestyle) dan berkontribusi dalam membangun ketahanan pangan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya