KOMPAS.com - Kesamaan pengukurang bayi di bawah lima tahun (balita) di pos pelayanan terpadu (posyandu) penting agar penghitungan kasus stunting antara daerah dengan pusat sesuai.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam kelas daring di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Dia mengatakan, data stunting bisa berbeda antara satu dengan daerah yang lain apabila alat dan cara pengukurannya tidak seragam.
Baca juga: Turunkan Stunting, Banjar Jadi Percontohan Kampung KB 2024
"Untuk itu, alat pengukurnya perlu disamakan, cara mengukurnya seragam, kemudian pengukurnya juga kompeten," kata Hasto, sebagaimana dilansir Antara.
Hasto meminta agar tim pendamping keluarga (TPK) tidak menganggap sepele ketika mengukur tinggi, panjang, dan berat badan balita.
Mereka juga perlu terus mempelajari setiap teknik atau pengetahuan baru tentang pengukuran badan balita.
"Jadi kalau mengukur tinggi badan, antara mata dengan alat ukur atau meteran yang dibaca harus satu garis lurus dengan kepala bayi yang diukur, karena kalau kita mengukur balita yang pendek, kemudian menunduk, nanti ukurannya kan jadi lebih pendek," ucap Hasto.
Baca juga: Ini 3 Langkah Kenali Stunting Menurut Dokter Anak
Menurutnya, perlu ada pembelajaran yang lebih rutin tentang pengukuran dan penimbangan balita, sehingga data yang disajikan kader dan survei Kementerian Kesehatan bisa selaras.
"Harapan kami, dengan kita belajar yang tepat cara mengukur dan menimbang ini, ke depan kita bisa menyamakan atau mendekatkan antara data yang diperoleh dari penimbangan yang dilakukan oleh kader, kemudian juga dari data survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan," ujar dia.
Hasto menekankan, hasil ukuran berat badan terhadap tinggi badan sangat penting, salah satunya, berat badan terhadap umur.
Ketika berat badan balita kurang atau lebih rendah dari standar yang ada, maka hal itu menjadi tanda bahaya.
Baca juga: Anak Terdeteksi Stunting Perlu Segera Diterapi, Ini Sebabnya
"Bahaya kalau terus-menerus seperti itu, nanti tinggi badannya tidak akan berkembang, anak pertumbuhan otaknya juga terganggu," tutur Hasto.
Selain itu, lanjut dia, pengaruh tinggi badan terhadap berat badan dan tinggi badan terhadap umur juga sangat signifikan untuk mengukur angka stunting.
"Ada yang langsing sekali, gemuk sekali, ini menjadikan rambu-rambu atau warning, anak itu sehat atau tidak, apakah kekurangan kalori atau protein, dan lain sebagainya," ucap Hasto.
Baca juga: BKKBN Imbau Perempuan Hamil Sebelum 35 Tahun, Demi Cegah Stunting
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya