Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasilkan Data Stunting Sesuai, Pengukuran Balita di Posyandu Harus Seragam

Kompas.com, 24 April 2024, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Kesamaan pengukurang bayi di bawah lima tahun (balita) di pos pelayanan terpadu (posyandu) penting agar penghitungan kasus stunting antara daerah dengan pusat sesuai.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam kelas daring di Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Dia mengatakan, data stunting bisa berbeda antara satu dengan daerah yang lain apabila alat dan cara pengukurannya tidak seragam.

Baca juga: Turunkan Stunting, Banjar Jadi Percontohan Kampung KB 2024

"Untuk itu, alat pengukurnya perlu disamakan, cara mengukurnya seragam, kemudian pengukurnya juga kompeten," kata Hasto, sebagaimana dilansir Antara.

Hasto meminta agar tim pendamping keluarga (TPK) tidak menganggap sepele ketika mengukur tinggi, panjang, dan berat badan balita.

Mereka juga perlu terus mempelajari setiap teknik atau pengetahuan baru tentang pengukuran badan balita.

"Jadi kalau mengukur tinggi badan, antara mata dengan alat ukur atau meteran yang dibaca harus satu garis lurus dengan kepala bayi yang diukur, karena kalau kita mengukur balita yang pendek, kemudian menunduk, nanti ukurannya kan jadi lebih pendek," ucap Hasto.

Baca juga: Ini 3 Langkah Kenali Stunting Menurut Dokter Anak

Menurutnya, perlu ada pembelajaran yang lebih rutin tentang pengukuran dan penimbangan balita, sehingga data yang disajikan kader dan survei Kementerian Kesehatan bisa selaras.

"Harapan kami, dengan kita belajar yang tepat cara mengukur dan menimbang ini, ke depan kita bisa menyamakan atau mendekatkan antara data yang diperoleh dari penimbangan yang dilakukan oleh kader, kemudian juga dari data survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan," ujar dia.

Hasto menekankan, hasil ukuran berat badan terhadap tinggi badan sangat penting, salah satunya, berat badan terhadap umur.

Ketika berat badan balita kurang atau lebih rendah dari standar yang ada, maka hal itu menjadi tanda bahaya.

Baca juga: Anak Terdeteksi Stunting Perlu Segera Diterapi, Ini Sebabnya

"Bahaya kalau terus-menerus seperti itu, nanti tinggi badannya tidak akan berkembang, anak pertumbuhan otaknya juga terganggu," tutur Hasto.

Selain itu, lanjut dia, pengaruh tinggi badan terhadap berat badan dan tinggi badan terhadap umur juga sangat signifikan untuk mengukur angka stunting.

"Ada yang langsing sekali, gemuk sekali, ini menjadikan rambu-rambu atau warning, anak itu sehat atau tidak, apakah kekurangan kalori atau protein, dan lain sebagainya," ucap Hasto.

Baca juga: BKKBN Imbau Perempuan Hamil Sebelum 35 Tahun, Demi Cegah Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
Pemerintah
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
LSM/Figur
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau