KOMPAS.com - Tuan rumah KTT iklim COP29, Azerbaijan, menegaskan akan tetap berinvestasi dalam produksi gas bumi.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan, langkah tersebut diambil untuk memenuhi kebutuhan energi Uni Eropa.
Pernyataan tersebut merupakan bagian dari pidato Aliyev pada hari kedua konferensi internasional Petersberg Climate Dialogue yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Jerman dan dengan negara kepresidenan COP, Jumat (26/4/2024).
Baca juga: Greta Thunberg: Kesepakatan COP28 adalah Pengkhianatan
Mengutip perjanjian antara Azerbaijan dan Komisi Eropa, Aliyev mengatakan negaranya akan meningkatkan produksi gasnya dan terus mengekspor pasokan gasnya ke Uni Eropa selama bertahun-tahun lagi.
Pada 2023, Azerbaijan mengekspor hampir separuh pasokan gasnya ke Uni Eropa, sekitar 12 miliar meter kubik, sebagaimana dilansir Earth.org, Senin (29/4/2024).
Pada bulan Desember 2023, Azerbaijan menyampaikan pasokannya berada di jalur yang tepat untuk meningkat dua kali lipat pada 2027.
Berpidato di depan delegasi dari hampir 40 negara dalam Petersberg Climate Dialogue, Aliyev mengatakan negaranya siap mengambil tanggung jawab untuk memimpin perundingan iklim paling penting tahun ini.
COP29 sendiri sedianya akan berlangsung pada November di ibu kota Azerbijan, Baku.
Baca juga: Investigasi BBC: UEA Dorong Kesepakatan Gas Bumi Jelang KTT Iklim COP28
Aliyev menyampaikan, negara-negara yang kaya akan minyak dan gas bumi seperti negaranya seharusnya berada di barisan depan untuk menangani isu-isu perubahan iklim.
"(Kami) sebagian besar berinvestasi dalam meningkatkan produksi gas karena Eropa membutuhkan lebih banyak gas dari sumber-sumber baru," kata Aliyev.
Azerbaijan merupakan negara yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil dan wilayah penghasil minyak tertua di dunia.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), minyak dan gas bumi menyumbang sekitar 90 persen pendapatan ekspor dan 60 persen anggaran pemerintah Azerbaijan.
Penunjukan Azerbaijan sebagai tuan rumah COP29 menghidupkan kembali perdebatan mengenai peran bahan bakar fosil dalam KTT iklim akbar tersebut.
Baca juga: Kesepakatan COP28 Dinilai Kurang Ambisius Cegah Krisis Iklim
Pasalnya, Azerbaijan menjadi negara minyak ketiga berturut-turut yang menjadi tuan rumah COP.
Pada COP28 tahun lalu, Uni Emirat Arab (UEA) menjadi ruan rumahnya. Sedangkan pada 2022, Mesir menjadi tuan rumah COP27.
Dalam pidatonya, Aliyev mengkritik media karena memusatkan liputan atas ketergantungan Azerbaijan terhadap bahan bakar fosil.
Aliyev menyampaikan, Azerbaijan akan memanfaatkan COP29 untuk mempertahankan haknya dalam melanjutkan investasi dan produksi bahan bakar fosil.
"Memiliki cadangan migas bukan salah kami. Itu anugerah Tuhan. Kita harus dinilai bukan dari hal tersebut, tapi dari bagaimana kita menggunakan sumber daya ini untuk pembangunan negara, untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran dan apa target kita sehubungan dengan agenda hijau," ucap Alivev.
Baca juga: COP28 Berakhir, Ini Janji-janji yang Terjalin Selama KTT
Azerbaijan sendiri memiliki target mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 35 persen pada 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi GRK pada 1990.
Pada 2040, emisi GRK ditargetkan turun 40 persen. Target tersebut masih jauh dari desakan net zero emission (NZE) yang menurut komunitas ilmiah diperlukan untuk menghindari konsekuensi terburuk dari perubahan iklim.
Azerbaijan juga berupaya meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
Menurut Aliyev, PLTS dan PLTB di Azerbaijan diperkirakan akan menghasilkan listrik sebesar 2.000 megawatt (MW) pada 2027 dan 5.000 MW pada tahun 2030.
Akan tetapi, negara tersebut juga meningkatkan produksi gas, yang bertentangan dengan komunitas internasional dalam COP28 yang sepakat untuk beralih dari energi fosil.
Baca juga: COP28 Rampung: Dunia Sepakat Lakukan Transisi, Awal dari Akhir Era Fosil
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya