KOMPAS.com - Aktivis iklim prominen dari Swedia, Greta Thunberg, mengkritik keras hasil kesepakatan akhir COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Thunberg mengatakan, kesepakatan dalam COP28 merupakan pukulan telak bagi negara-negara yang paling terkena dampak pemanasan global.
Dia menambahkan, kesepakatan dalam COP28 juga tidak akan mampu mencegah suhu Bumi naik di atas 1,5 derajat celsius sesuai Perjanjian Paris.
Baca juga: Kesepakatan COP28 Dinilai Kurang Ambisius Cegah Krisis Iklim
"Teks ini tidak ada gunanya dan bahkan tidak cukup untuk menjaga kita tetap berada dalam batas 1,5 derajat," kata Thunberg kepada Reuters, Jumat (15/12/2023).
"Ini merupakan tikaman dari belakang bagi mereka yang paling rentan," sambungnya.
Tikaman dari belakang merupakan peribahasa yang menggambarkan pengkhianatan dari orang-orang yang dipercayai.
"Selama kita tidak memperlakukan krisis iklim sebagai sebuah krisis dan selama kita terus melobi kepentingan yang mempengaruhi teks-teks dan proses-proses ini, kita tidak akan mencapai apa-apa," tutur Thunberg.
Baca juga: COP28 Berakhir, Ini Janji-janji yang Terjalin Selama KTT
KTT iklim COP28 berakhir pada Rabu (13/12/2023) siang. Para perwakilan dari hampir 200 negara sepakat untuk bertransisi dari bahan bakar fosil.
Frasa yang disepakati dalam keputusan tersebut adalah: bertransisi dari bahan bakar fosil ke dalam sistem energi, dengan cara yang adil, bertahap, dan merata sehingga dapat mencapai nol emisi pada 2050 sesuai dengan sains.
Para delegasi juga sepakat untuk mengadopsi serangkaian tindakan, termasuk lebih banyak energi ramah lingkungan, untuk mencegah dampak terburuk perubahan iklim.
Namun para kritikus mengatakan kesepakatan itu tidak akan mamppu membatasi suhu Bumi naik lebih dari 1,5 derajat celsius.
Aliansi Negara Pulau Kecil mengatakan, kesepakatan COP28 penuh dengan celah dan bersifat tidak transformasional.
Baca juga: COP28 Sepakat Transisi dari Fosil, OPEC Justru Optimistis Permintaan Minyak Naik
Sebelumnya, perundingan berjalan alot hingga memasuki perpanjangan waktu. COP28 yang dimulai pada 30 November dan sedianya berakhir pada Selasa (12/12/2023) siang, molor menjadi Rabu.
Perdebatan mengenai draf putusan akhir mewarnai KTT iklim ini. Bahkan organisasi produsen cum eksportir minyak, OPEC, mengimbau anggotanya menolak setiap bahasa yang menargetkan bahan bakar fosil.
Beberapa kali rancangannya mengalami perubahan hingga akhirnya disepakatilah frasa tersebut.
Padahal awalnya, salah satu dalam opsi draf kesepakatan sempat menyebut “menghentikan bahan bakar fosil”.
Presiden COP28 Sultan Al Jaber menyebut kesepakatan itu bersejarah. Akan tetapi, dia menegaskan keberhasilan sebenarnya dari kesepakatan tersebut terletak pada implementasinya.
Baca juga: COP28 Rampung: Dunia Sepakat Lakukan Transisi, Awal dari Akhir Era Fosil
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya