Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 1 Mei 2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Negosiasi rancangan perjanjian polusi plastik dunia di Ottawa, Kanada, berjalan alot.

Rapat yang diikuti delegasi dari 175 negara yang dimulai 23 April tersebut berakhir pada Selasa (30/4/2024) dini hari.

Dalam negosiasi yang berlangsung selama lebih dari sepekan tersebut, para perunding sepakat melanjutkan pekerjaan dalam pertemuan ad hoc sebelum negosiasi puncak terakhir pada 25 November di Busan, Korea Selatan.

Pembicaraan lanjutan akan tersebut mencakup pendanaan untuk membantu negara-negara berkembang melaksanakan perjanjian tersebut, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: SMK di Pemalang Ciptakan Mesin Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM

Negara-negara juga sepakat untuk merancang identifikasi bahan kimia plastik yang berbahaya dan produk plastik yang boros, seperti wadah plastik sekali pakai.

Lebih dari 50 negara mendukung proposal Rwanda dan Peru untuk melakukan asesmen seperti apa tingkat produksi plastik yang berkelanjutan.

Di sisi lain, para negosiator tidak mencapai kesepakatan untuk membatasi produksi plastik murni atau menentukan berapa banyak plastik yang dianggap tidak ramah lingkungan.

"Ini adalah sebuah langkah kecil dalam perjalanan yang sangat panjang," kata Sivendra Michael, pemimpin negosiator Fiji.

Baca juga: Indonesia-UEA Kerja Sama Tangani Sampah Plastik di Laut RI

Dia menuturkan, mereka mempunyai sisa waktu tujuh bulan untuk menggodok perjanjian pengendalian polusi plastik.

Upaya untuk membatasi produksi plastik murni menghadapi tentangan keras dari beberapa negara produsen petrokimia termasuk Arab Saudi dan China, serta dari kelompok industri yang melakukan lobi di Ottawa.

Mereka berargumen, negara-negara harus fokus pada topik-topik yang tidak terlalu kontroversial seperti pengelolaan sampah plastik dan desain produk.

Negosiator utama China, Yang Xiaoling, mengatakan negara-negara teidak perlu berambisi mencapai konsensus perjanjian polusi plastik pada akhir tahun ini.

Baca juga: Dunia Menanti Negosiasi Perjanjian Polusi Plastik di Kanada

Terlalu kompromis

Kelompok lingkungan hidup yang mengamati pembicaraan tersebut memperingatkan, terlalu banyak kompromi politik akan melemahkan efektivitas perjanjian.

"Topik yang disepakati (untuk diskusi lebih lanjut) tidak mencakup keseluruhan isu yang dibahas," kata Christina Dixon dari Environmental Investigation Agency

Namun beberapa pihak menyambut baik fokus pada isu-isu tertentu dalam negosiasi di Kanada, termasuk bahan kimia berbahaya.

"Plastik dan bahan kimia plastik beracun melintasi perbatasan kami dengan sedikit atau tanpa kontrol atau perlindungan terhadap kesehatan," kata Griffins Ochieng dari Centre for Environment Justice and Developmentdi Kenya.

Baca juga: Peringati Hari Bumi, Ini 5 Kiat Kurangi Sampah Plastik dari Diri Sendiri

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau