KOMPAS.com - Negosiasi rancangan perjanjian polusi plastik dunia di Ottawa, Kanada, berjalan alot.
Rapat yang diikuti delegasi dari 175 negara yang dimulai 23 April tersebut berakhir pada Selasa (30/4/2024) dini hari.
Dalam negosiasi yang berlangsung selama lebih dari sepekan tersebut, para perunding sepakat melanjutkan pekerjaan dalam pertemuan ad hoc sebelum negosiasi puncak terakhir pada 25 November di Busan, Korea Selatan.
Pembicaraan lanjutan akan tersebut mencakup pendanaan untuk membantu negara-negara berkembang melaksanakan perjanjian tersebut, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: SMK di Pemalang Ciptakan Mesin Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM
Negara-negara juga sepakat untuk merancang identifikasi bahan kimia plastik yang berbahaya dan produk plastik yang boros, seperti wadah plastik sekali pakai.
Lebih dari 50 negara mendukung proposal Rwanda dan Peru untuk melakukan asesmen seperti apa tingkat produksi plastik yang berkelanjutan.
Di sisi lain, para negosiator tidak mencapai kesepakatan untuk membatasi produksi plastik murni atau menentukan berapa banyak plastik yang dianggap tidak ramah lingkungan.
"Ini adalah sebuah langkah kecil dalam perjalanan yang sangat panjang," kata Sivendra Michael, pemimpin negosiator Fiji.
Baca juga: Indonesia-UEA Kerja Sama Tangani Sampah Plastik di Laut RI
Dia menuturkan, mereka mempunyai sisa waktu tujuh bulan untuk menggodok perjanjian pengendalian polusi plastik.
Upaya untuk membatasi produksi plastik murni menghadapi tentangan keras dari beberapa negara produsen petrokimia termasuk Arab Saudi dan China, serta dari kelompok industri yang melakukan lobi di Ottawa.
Mereka berargumen, negara-negara harus fokus pada topik-topik yang tidak terlalu kontroversial seperti pengelolaan sampah plastik dan desain produk.
Negosiator utama China, Yang Xiaoling, mengatakan negara-negara teidak perlu berambisi mencapai konsensus perjanjian polusi plastik pada akhir tahun ini.
Baca juga: Dunia Menanti Negosiasi Perjanjian Polusi Plastik di Kanada
Kelompok lingkungan hidup yang mengamati pembicaraan tersebut memperingatkan, terlalu banyak kompromi politik akan melemahkan efektivitas perjanjian.
"Topik yang disepakati (untuk diskusi lebih lanjut) tidak mencakup keseluruhan isu yang dibahas," kata Christina Dixon dari Environmental Investigation Agency
Namun beberapa pihak menyambut baik fokus pada isu-isu tertentu dalam negosiasi di Kanada, termasuk bahan kimia berbahaya.
"Plastik dan bahan kimia plastik beracun melintasi perbatasan kami dengan sedikit atau tanpa kontrol atau perlindungan terhadap kesehatan," kata Griffins Ochieng dari Centre for Environment Justice and Developmentdi Kenya.
Baca juga: Peringati Hari Bumi, Ini 5 Kiat Kurangi Sampah Plastik dari Diri Sendiri
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya