Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/05/2024, 08:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

Riset melibatkan responden 180 orang dari 22 kota di Indonesia di mana 48 responden merupakan praktisi SDM. Perusahaan yang terlibat memiliki rentang revenue mulai dari Rp 1 miliar hingga Rp 10 triliun dengan jumlah karyawan 10 hingga 50 ribu pekerja.

Hasil survei memperlihatkan hampir seluruh responden menilai DEI merupakan hal yang penting bagi perusahaan dengan rincian 63,89 persen memandang DEI merupakan nilai yang sangat penting dan 28,89 persen menilai penting.

Meski demikian, dalam implementasinya baru 28,92 persen dari responden yang mengimplementasikan DEI dalam tahap strategi dan taktikal, 20,48 persen patuh pada norma/hukum, 30,72 persen dalam tahap kebijakan, dan dalam tahap Program/Materi DEI baru mencapai 24,07 persen.

Prof. Meyliana, Wakil Ketua Dept. Kajian SDM PMSM Indonesia menjelaskan disparitas yang cukup mencolok antara kesadaran dan implementasi ini disebabkan praktik DEI tidak dapat dilakukan bersifat insidental atau hanya momen-momen tertentu saja.

"Program ini bukan yang hanya sekali lalu selesai, program ini bersifat berkelanjutan. Oleh karenanya PMSM membentuk divisi khusus DEI ini," ungkap Prof. Meyliana.

Dia melanjutkan PMSM ingin memulai gerakan ini dari "jantung" perusahaan yakni bagian HR. "Kalau para HR ini sudah paham mengenai DEI harapannya ke depan akan lebih smooth dalam pengimplementasian strategi-strategi, kebijakan, dan program-program sehingga dapat dirasakan dampaknya," jelas Prof. Meyliana.

Hal senada disampaikan Ripy Mangkusoebroto, People and Culture Director PT HM Sampoerna. Dia menegaskan DEI tidak hanya menjadi sebuah gerakan melainkan perlu diperkuat hingga menjadi budaya dalam perusahaan.

"Ketika kita menggaungkan sebuah gerakan, harapannya gerakan tersebut membantu terbentuknya budaya, budaya yang mengacu pada sustainability (keberlanjutan)," jelasnya.

Riset ini, lanjut Ripy Mangkusoebroto, diharapkan membantu para pemangku kepentingan mawas diri terhadap isu ini.

"Ternyata ada banyak pencerahan yang diperoleh dari riset ini. Harapannya kita sama-sama bercermin diri dan kemudian membangkitkan awarness dan harapannya dapat mempengaruhi dan memperkaya sehingga membuat dampak dari gerakan menjadi budaya," tutup Ripy.

Keberagaman, kesetaraan, dan inklusi

Dalam sesi talk show, Yenita Oktora dari PT L'Oréal Indonesia menegaskan komitmen jangka panjang pihaknya terhadap kesetaraan peluang dalam keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.

“L'Oréal berkomitmen untuk mencapai kesetaraan gender di semua tingkatan dan fungsi perusahaan. Dimulai dari jumlah populasi karyawan kami yang terdiri dari 53 persen wanita dan 47 persen pria, di mana sebanyak 46 persen dari Management Committee adalah wanita," ungkapnya.

Yenita menbahkan, "kami terus berusaha untuk memastikan bahwa seluruh karyawan memiliki kesempatan membangun karir yang sama, terlepas dari gender ataupun kondisi personal mereka."

"Kami juga memastikan agar segala bagian dari perusahaan turut berkontribusi pada pembentukan lingkungan yang lebih inklusif di mana pun di dunia. Salah satunya yaitu dengan melawan segala jenis pelecehan atau kekerasan, khususnya pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender," tegasnya lagi.

"Hal tersebut tidak terbatas pada lingkup karyawan saja, namun juga kepada komunitas dan partner yang bekerjasama dengan perusahaan, hingga kepada konsumen,” ungkap Yenita.

Dalam kesempatan sama, Staf Khusus Presiden RI, Angkie Yudistia menyampaikan, pemerintah Indonesia berusaha menjamin kesetaraan dengan mengeluarkan peraturan dan perundangan bagi penyandang disabilitas.

Baca juga: Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

“UU No. 8 Tahun 2016 menjadi pendorong bagi kesetaraan. penyandang disabilitas yang tadinya sulit mendapatkan sekolah, sekarang sekolah inklusi juga sudah mulai semakin berkembang, sekolah luar biasa juga semakin banyak," jelasnya.

"Kalau dulu aku cari sekolah luar biasa susah sekali, sekolah umum yang ngerti disabilitas juga nggak ada. Untuk itulah pentingnya Inklusifitas,” ungkap Angkie yang juga Penyandang Disabilitas Rungu. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com