KOMPAS.com - Prevalensi stunting di Indonesia pada 2023 hanya menurun 0,1 persen bila dibandingkan 2022.
Hal tersebut terungkap berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada akhri April 2024.
Menurut temuan SKI 2023, prevalensi stunting pada 2023 sebesar 21,5 persen. Sedangkan pada 2022 prevalensi stuntingnya 21,6 persen.
Baca juga: Partisipasi Masyarakat di Posyandu Jadi Kunci Penurunan Stunting
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia menargetkan prevalensi stunting harus di angka 14 persen pada 2024 dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, ada alasan mengapa prevalensi stunting di Indonesia hanya turun 0,1 persen.
Menkes Budi mengungkapkan, salah satu penyebabnya adalah belum ditemukan model implementasi yang sesuai dari program-program yang telah dilaksanakan.
"Masalah eksekusi di lapangannya, implementasi di lapangannya, itu belum ketemu model implementasi di lapangan yang pas. Nah itu yang sekarang sedang kita cari model pas-nya itu apa," kata Budi di Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Baca juga: Jumlah Keluarga Berisiko Stunting Menurun 1,2 Juta
Budi menambahkan, di daerah juga belum ditemukan implementasi yang konsisten yang dapat menekan prevalensi stunting.
"Enggak ada satu daerah yang konsisten di satu provinsi, meskipun di satu kabupaten atau kota sedikit sekali yang bisa (konsisten)," ujarnya, sebagaimana dilansir Antara.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas) Kemenkes Maria Endang Sumiwi berujar, sedikitnya penurunan prevalensi stunting diakibatkan oleh bertambah jumlah anak yang baru stunting.
Berdasarkan data, jumlah anak yang berhasil keluar dari kelompok stunting hanya memiliki sedikit selisih dengan anak yang baru masuk ke dalam kelompok stunting.
Baca juga: Hasilkan Data Stunting Sesuai, Pengukuran Balita di Posyandu Harus Seragam
"Jadi, yang keluar 1,2 juta, yang masuk juga sekitar 1,2 juta. Bedanya cuma ratusan ribu, sehingga nanti kita evaluasinya adalah karena yang masuk stunting itu cukup deras," ucap Maria.
Salah satu upaya yang harus menjadi perhatian adalah anak-anak yang masuk ke dalam kategori waisting, atau dapat dikatakan sebagai "calon stunting" dan melakukan pencegahan dengan menerapkan protokol pencegahan stunting yang ideal.
"Sehingga yang ideal dan itu sebenarnya di protokol kita ada, yaitu membantu ibu hamil, membantu baduta (bayi dua tahun) dan ibu menyusui," ujarnya.
Dengan melakukan hal itu secara persis dan konsisten, pihaknya optimistis implementasi program pencegahan stunting dapat berjalan dengan baik, sehingga prevalensi stunting di Indonesia bisa turun.
Baca juga: Turunkan Stunting, Banjar Jadi Percontohan Kampung KB 2024
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya